REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian pasien depresi mengalami resistensi terhadap beragam obat antidepresan (treatment-resistant depression). Kondisi ini membuat gejala depresi yang mereka rasakan tak kunjung membaik meski telah mendapatkan terapi yang adekuat.
Untuk kasus seperti ini, pemberian ketamin mungkin bisa membantu. Ketamin merupakan obat bius yang biasa digunakan di rumah sakit. Akan tetapi, obat ini juga kerap digunakan secara ilegal sebagai obat rekreasional.
Selama bertahun-tahun, beragam spesialis menyadari bahwa obat ini bisa membantu sebagian orang dengan depresi. Hal ini mendorong dilakukannya sebuah studi yang melibatkan 424 partisipan.
Seluruh partisipan yang terlibat merupakan pasien depresi yang mengalami resistensi terhadap pengobatan. Mereka sudah pernah menjalani berbagai terapi pengobatan depresi, namun tak memberikan respons yang baik.
Melalui studi ini, para partisipan diberikan ketamin melalui infus di beberapa klinik yang berada di Virginia, AS. Mereka menerima enam dosis infus ketamin dalam waktu tiga pekan.
Setelah enam pekan berlalu, setengah dari para partisipan memberikan respons terhadap terapi tersebut. Sebanyak 20 persen partisipan mengatakan gejala depresi mereka tak lagi kambuh atau memasuki tahap remisi.
Setelah infus kesepuluh, persentase partisipan yang memberikan respons terhadap pengobatan adalah 72 persen. Selain itu, tingkat remisi yang dicapai para partisipan mencapai 38 persen.
Tak hanya itu, sekitar 50 persen partisipan yang memiliki pemikiran untuk bunuh diri juga berhasil mencapai remisi. Remisi ini tercapai pada pekan keenam setelah menjalani pengobatan dengan ketamin.