REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Makanan yang dikonsumsi dalam keseharian ternyata tak hanya memengaruhi berat badan dan kondisi kesehatan fisik. Asupan makan dan perilaku seseorang terhadap makanan juga bisa memengaruhi berbagai aspek kesehatan mental, mulai dari suasana hati hingga kepercayaan diri.
Sebuah studi pada 2022 misalnya, menemukan, konsumsi makanan ultra proses berkaitan dengan depresi. Studi lain dalam European Journal of Human Genetics juga menemukan adanya hubungan antara pola makan yang buruk dengan gangguan kesehatan mental pada generasi muda.
Berkaitan dengan hal ini, ahli gizi Kitty Broihier MS RD LD mengungkapkan bahwa ada empat kebiasaan makanan yang dapat membawa dampak buruk bagi kesehatan mental dan patut dihindari. Berikut ini adalah empat kebiasaan tersebut, seperti dilansir The Healthy, Kamis (15/9/2022).
Konsumsi Terlalu Banyak Gula
Otak lebih menyukai glukosa sebagai sumber energi. Namun di sisi lain, beberapa studi menemukan, kebiasaan mengonsumsi banyak gula berkaitan dengan suasana hati yang muram dan depresi.
"Konsumsi gula meningkatkan inflamasi di dalam tubuh, yang dapat menjadi satu faktor dalam respons mental terhadap pola makan bergula," jelas Broihier.
Menurut Broihier, orang-orang biasanya hanya memperhatikan asupan gula dari makanan yang mereka konsumsi. Padahal, penting pula untuk memantau asupan gula dari berbagai minuman yang dikonsumsi sehari-hari.
Seperti diketahui, ada banyak minuman manis yang memiliki kandungan gula sangat tinggi, seperti soda atau minuman berenergi. Selain dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular, dan penyakit perlemakan hati, kebiasaan minum minuman bergula tinggi juga dapat mengacaukan kesehatan neurologis.
Studi dalam Frontiers of Psychiatry misalnya, menemukan minum minuman bergula secara rutin berkaitan dengan peningkatan masalah psikologis dan perilaku pada remaja. Kondisi tersebut berpotensi memberi dampak negatif bagi kesehatan mental mereka saat dewasa.
Menjalani Diet Ala Barat
Pola makan ala Barat, khususnya ala orang-orang Amerika Serikat, dikenal tinggi akan gula, lemak jenuh, serta makanan proses atau rafinasi. Menurut studi dalam jurnal PLoS ONE, konsumsi beragam jenis makanan tersebut bisa meningkatkan risiko munculnya gejala depresi.
Tentu, bukan berarti orang-orang harus memusuhi makanan-makanan ala Barat yang kurang sehat, seperti makanan cepat saji. Makanan seperti ini tetap boleh dikonsumsi sesekali, dalam jumlah yang secukupnya saja. Coba perhatikan berbagai menu yang ditawarkan dan pilih opsi menu yang tampak lebih sehat saat makan di restoran cepat saji.
Menghitung Kalori
Bagi orang-orang yang ingin menurunkan berat badan atau mengubah kebiasaan makan menjadi lebih sehat, menghitung kalori sangat membawa manfaat. Akan tetapi, memantau semua makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari-hari dalam jangka panjang bisa memunculkan obsesi yang tak sehat.
Alih-alih menghitung kalori, Broihier lebih merekomendasikan orang-orang membiasakan diri menyantap makanan sehat dan seimbang. Selain itu, Broihier menganjurkan orang-orang lebih memperhatikan apa yang mereka rasakan setelah menyantap makanan tersebut.
Jarang Mengonsumsi Makanan Antiinflamasi
Menurut penelitian, inflamasi di dalam tubuh bisa meningkatkan risiko depresi. Salah satu cara untuk mengantisipasinya adalah dengan mengonsumsi makanan yang bersifat antiinflamasi seperti sayur, buah, dan ikan.
Menurut studi dalam International Journal of Environmental Research and Public Health, makanan-makanan antiinflamasi dapat menurunkan risiko depresi. Dampak penurunan ini dapat terlihat signifikan bila dibandingkan dengan makanan yang bergula, soda, atau makanan cepat saji.