REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah penelitian baru-baru ini semakin menunjukan kaitan makanan ultra-olahan dengan risiko lebih tinggi terkena kanker, penyakit jantung hingga kematian. Menurut Dr Anton Bilchik, ahli onkologi bedah dan ketua divisi bedah umum di Pusat Kesehatan Providence Saint John, risiko kanker kolorektal yang lebih tinggi akibat makanan olahan memang sudah sejak lama digaungkan.
Makana olahan biasanya terkait dengan pengawet, nitrat, dan hubungan yang lebih tinggi dengan daging merah. Dr Bilchik yang juga kepala kedokteran di Institut Kanker Saint John di Santa Monica, CA, menyarankan untuk segea mengubah pola makan dari makanan olahan.
Alih-alih makanan olahan, Dr Bilchik menganjurkan konsumsi makanan segar karena memainkan peran penting dalam anti-inflamasi dan mendukung bakteri baik serta sel kekebalan yang baik dalam melawan penyakit.
“Saat ini, kami sedang mengalami epidemi pasien muda yang didiagnosis menderita kanker usus besar di bawah usia 45 tahun,” kata Dr Bilchik, dikutip dari Medical News Today, Sabtu (17/9/2022).