REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan mengatakan bahwa vaksin inhalasi lewat hidung mungkin diperlukan untuk menangkal Covid-19 varian Omicron. Cina menjadi negara pertama di dunia yang baru saja menyetujui vaksin yang dihirup tersebut.
Pemerintah Cina menyetujui vaksin inhalasi pertama di dunia untuk melawan Covid-19. Hal itu telah diumumkan produsen vaksin Cansino Biologics, baru-baru ini. Vaksin, yang disebut Convidecia Air, mengubah bentuk cair vaksin menjadi aerosol menggunakan nebuilzer. Vaksin kemudian dapat dihirup melalui mulut menggunakan mesin nebulizer.
“Vaksin bebas jarum suntik ini dapat secara efektif menginduksi perlindungan kekebalan yang komprehensif sebagai respons terhadap SARS-CoV-2 hanya setelah satu napas," tulis Cansino dalam sebuah pernyataan, dikutip dari laman Fortune, Sabtu (17/9/2022).
Ilmu pengetahuan tampaknya mendukung klaim Cansino. Pada bulan Juli lalu, para ilmuwan Cina menerbitkan sebuah studi pra-cetak yang menunjukkan perbandingan penerima vaksin.
Orang yang menerima satu dosis booster vaksin inhalasi Cansino setelah dua dosis suntikan tidak aktif dari pembuat Cina Sinovac. mengembangkan lebih banyak antibodi daripada orang yang menerima tiga suntikan Sinovac. Selama empat pekan setelah menerima booster inhalasi, 92,5 persen orang telah mengembangkan antibodi penetral untuk Omicron.
Mereka yang mendapat tiga dosis suntikan Sinovac tidak menunjukkan antibodi penetral untuk Omicron, baik empat pekan atau enam bulan setelah mendapatkan booster.
Vaksin ini telah diberi lampu hijau untuk digunakan sebagai booster dan dosis vaksin utama oleh pemerintah Cina, Organisasi Kesehatan Dunia, dan beberapa negara lain. Tapi vaksin ini belum didistribusikan secara luas seperti yang diharapkan pada awalnya.
Perusahaan memimpin perlombaan untuk mengembangkan vaksin Covid-19 di awal pandemi, di depan raksasa Pfizer dan Moderna serta Sinovac dan Sinopharm. Akan tetapi kemudian tertinggal dalam persetujuan dan distribusi. Bahkan harga saham Cansino telah turun 87 lersen sejak akhir tahun 2020, ketika pembuat vaksin pertama kali membawa suntikan Covid ke pasar.
Selama akhir pekan, pemerintah Cina menyetujui suntikan berbasis protein baru, dari perusahaan lokal Livzon Pharma, untuk digunakan sebagai booster. Hanya saja, tidak jelas seberapa luas vaksin Cansino atau Livzon akan didistribusikan atau seberapa berguna vaksin baru itu akan terbukti dalam perjuangan Cina melawan Civid-19, mengingat kondisi pasar saat ini.
China telah mendistribusikan lebih dari 3,4 miliar dosis kepada warganya, memberikan dua atau lebih suntikan kepada 89,7 persen populasinya. Sebagai perbandingan, 66,8 persen orang di AS mendapatkan dua atau lebih suntikan Covid-19.