Selasa 20 Sep 2022 09:44 WIB

Benarkah Covid-19 tak Lagi Dianggap Berbahaya Dibandingkan Flu? Ini Kata Tiga Ahli

Covid-19 dianggap tidak lagi berbahaya dibandingka flu masih menjadi perdebatan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Covid-19 dianggap tidak lagi berbahaya dibandingka flu masih menjadi perdebatan.
Foto: EPA-EFE/ANDY RAIN
Covid-19 dianggap tidak lagi berbahaya dibandingka flu masih menjadi perdebatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apakah saat ini Covid-19 menjadi tidak lebih berbahaya daripada flu bagi kebanyakan orang? Itulah pertanyaan yang diperdebatkan para ilmuwan di saat berbagai negara mulai mencoba bangkit dan beradaptasi dengan Covid-19.

Dr Monica Gandhi, spesialis penyakit menular di University of California San Francisco, berpendapat bahwa mayoritas orang saat ini memiliki kekebalan yang cukup dari vaksinasi maupun infeksi, sehingga mereka bisa terlindungi dari keparahan akibat Covid-19. Ini terutama karena varian omicron tampaknya tidak menyebabkan keparahan penyakit seperti varian sebelumnya. 

Baca Juga

Tapi masih ada banyak pandangan yang berbeda tentang topik ini. Meskipun ancaman dari Covid-19 mungkin mendekati bahaya yang ditimbulkan oleh flu, para skeptis meragukan bahwa hal itu belum mencapai titik itu.

"Maaf, saya tidak setuju. Keparahan akibat covid masih mencolok, begitupun potensi meninggal lebih tinggi dibandingkan flu," kata Dr Anthony Fauci, penasihat medis Gedung Putih seperti dilansir dari NPR, Senin (19/9/2022).

Fauci mencatat, Covid-19 masih membunuh ratusan orang setiap hari, yang berarti lebih dari 125 ribu kematian akibat Covid dapat terjadi selama 12 bulan ke depan jika kematian berlanjut pada kecepatan itu. Covid-19 telah membunuh lebih dari 1 juta orang Amerika dan merupakan penyebab kematian ketiga pada tahun 2021.

"Covid adalah masalah kesehatan masyarakat yang jauh lebih serius daripada influenza," kata Fauci, mencatat ini terutama berlaku untuk orang tua, kelompok dengan risiko tertinggi meninggal akibat penyakit tersebut.

Perdebatan tentang tingkat kematian Covid-19 bergantung pada apa yang dianggap sebagai kematian Covid-19. Gandhi dan peneliti lain berpendapat bahwa jumlah kematian harian yang dikaitkan dengan Covid-19 dibesar-besarkan karena banyak kematian yang disebabkan oleh penyakit ini sebenarnya berasal dari penyebab lain. Beberapa orang yang meninggal karena alasan lain kebetulan juga dites positif terkena virus corona.

"Kami sekarang melihat secara konsisten bahwa lebih dari 70 persen rawat inap Covid berada dalam kategori itu," kata Dr Shira Doron, spesialis penyakit menular di Tufts Medical Center.

"Jika Anda menghitung mereka semua sebagai rawat inap, dan kemudian orang-orang itu meninggal dan Anda menghitung mereka semua sebagai kematian akibat COVID, Anda terlalu berlebihan secara dramatis," kata dia.

Doron menilai, jika kematian diklasifikasikan lebih akurat, maka jumlah kematian harian akan lebih dekat dengan jumlah korban flu selama musim tertentu. Jika ini benar, kemungkinan seseorang meninggal jika terkena infeksi Covid-19 yang disebut dengan case fatality rate, akan hampir sama dengan flu yang diperkirakan sekitar 0,1 persen atau bahkan mungkin lebih rendah.

Dalam laporan baru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) yang diterbitkan Kamis, para peneliti berusaha menyaring kematian lain untuk menganalisis tingkat kematian orang yang dirawat di rumah sakit terutama karena Covid-19. Mereka menemukan angka kematian telah menurun secara signifikan di era omicron, dibandingkan dengan periode delta

Tetapi Fauci berpendapat bahwa sulit untuk membedakan antara kematian yang disebabkan karena Covid dan mereka yang dengan Covid. Penyakit ini telah ditemukan memberi tekanan pada banyak sistem tubuh.

"Apa bedanya dengan seseorang yang mengalami gagal jantung kongestif ringan, masuk rumah sakit dan terkena Covid, kemudian meninggal karena gagal jantung kongestif yang berat? Apakah itu dengan Covid atau karena Covid? Yang pasti Covid pasti berkontribusi," jelas dia.

Alasan kedua banyak ahli memperkirakan bahwa tingkat kematian Covid mungkin lebih rendah karena banyak infeksi tidak dilaporkan karena banyak orang yang melakukan tes Covid di rumah.

Tingkat kematian adalah rasio -jumlah kematian dibandingkan jumlah kasus yang dikonfirmasi- jadi jika ada lebih banyak kasus aktual, itu berarti kemungkinan seseorang meninggal lebih rendah.

"Saya percaya bahwa kita telah mencapai titik di mana, bagi seorang individu, Covid memiliki risiko rawat inap dan kematian yang lebih kecil daripada influenza," kata Doron.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement