REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati, Ifael Mauleti mengatakan, ada beberapa cara untuk menghindari infeksi cacar monyet (monkeypox). Salah satunya menghindari bepergian ke tempat-tempat yang sudah terjadi penularan cacar monyet.
"Langkah besarnya kalau belum sakit, pertama tentunya menghindari tempat yang adanya paparan virus (cacar monyet)," ujarnya, Rabu (21/9/2022).
Selain itu, ia meminta masyarakat juga mesti mempeajari tempat yang akan dituju sudah terjadi kasus cacar monyet atau belum. Berdasarkan laporan terakhir, ia mendapatkan informasi bahwa sebanyak 93 negara yang sudah ada kasus cacar monyet. Jadi, ia meminta masyarakat harus hati-hati ketika akan bepergian ke negara lain. Kedua, ia juga meminta msyarakat menerapkan protokol kesehatan (prokes).
"Karena kita tidak tahu seseorang (tertular) virus cacar monyet atau tidak," ujarnya.
Namun, ketika tertular dan sakit, ia meminta seseorang yang curiga terinfeksi cacar monyet bisa menghubungi dokter.
Ia menjelaskan, sebenarnya gejala cacar monyet hampir mirip gejala infeksi virus lainnya. Sementara untuk gejala cacar monyet yang dominan adalah demam. Ia menyebutkan hampir 90 persen pasien cacar monyet mengeluhkan demam.
Kemudian, setelah muncul gejala demam baru bisa diketahui apakah menderita cacar. Selain itu keluhan pasien cacar monyet yang banyak dirasakan adalah nyeri pada badan, kepala, otot, kemudian terasa lemas, sedikit mual dan muntah, hingga nyeri tenggorok.
Kemudian, kalau diperiksa ada kelainan di kulit seperti bintik merah dan ada juga bintik merah berisi cairan. Kendati demikian, ia menambahkan, bintik merah ini timbul dua atau tiga hari setelah gejala demam dan lain-lain muncul. Tak hanya itu, seseorang yang terinfeksi cacar monyet kalau diperiksa ternyata ada kelenjar getah beningnya membesar.
"Itu gejala yang dialami penderita cacar monyet," ujarnya.
Kemudian, dia melanjutkan, dokter nantinya menanyakan beberapa hal seperti apakah sehabis bepergian. Jika memang pergi kemudian dokter bertanya lagi dari negara mana atau dari wilayah Indonesia bagian mana. Kemudian, dokter bisa mengidentifikasi daerah sana ada kasus cacar monyet atau tidak.
"Dari situlah dokter bisa deteksi dini dan ditambah pemeriksaan laboratorium. Kemudian, bisa menduga (terkonfirmasi) cacar monyet," ujarnya.
Setelah itu, ia menyebutkan pihak medis memberikan obat-obatan tertentu untuk menanggulangi gejala maupun akibat dari cacar monyet. Terkait orang yang terkonfirmasi terinfeksi cacar monyet harus isoasi, ia mengingatkan virus ini bisa menular lewat droplet.
"Kalau penyakit menular lewat droplet maka disarankan untuk isolasi. Ini untuk mencegah penularan," katanya.
Ia menambahkan, lokasi isloasi bergantung pada kondisi klinis pasien cacar monyet saat sakit. Kalau pasien sakit ringan dan memiiki tempat isolasi di rumahnya dan kondisinya memadai maka bisa disarankan untuk isolasi di kediamannya sambil dikontrol kesehatannya. Oleh karena itu, ia meminta kalau pasien isolasi mandiri di rumah harus dibantu tenaga lain untuk mengurusnya.
Namun, kalau sakitnya menunjukkan gejala sedang atau bergejala berat dan mungkin tidak punya tempat untuk isolasi mandiri maka bisa ke tempat fasilitas kesehatan untuk dibantu untuk melakukan isolasi. Pasien juga diawasi oeh para tenaga kesehatan.
Terkait parameter pasien cacar monyet sakit bergejala ringan, sedang, atau berat, ia menambahkan itu ditentukan oleh pihak medis.
"Mereka yang menentukan derajat mana. Tetapi kalau untuk kelompok awam bisa meihatnya saat pasien masih bisa melakukan kegiatan dasar sehari-hari," katanya.