REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang dengan gangguan usus dilaporkan mungkin berisiko lebih besar terkena Penyakit Alzheimer (AD). Sebuah studi Edith Cowan University (ECU) pertama di dunia telah mengkonfirmasi hubungan antara keduanya, yang dapat mengarah pada deteksi dini dan perawatan potensial baru.
AD menghancurkan memori dan kemampuan berpikir. Hal itu merupakan bentuk demensia yang paling umum.
Kondisi itu tidak memiliki perawatan kuratif yang diketahui dan diperkirakan mempengaruhi lebih dari 82 juta orang dengan kebutuhan biaya 2 triliun dolar AS pada 2030. Studi observasional sebelumnya telah menunjukan hubungan antara AD dan gangguan saluran pencernaan, tetapi apa yang mendasari hubungan ini masih belum jelas, sampai sekarang.
Pusat Kesehatan Presisi ECU kini telah memberikan wawasan baru tentang hubungan ini dengan mengkonfirmasi genetik antara AD dan beberapa gangguan usus. Studi ini menganalisis kumpulan besar data genetik dari AD dan beberapa studi gangguan usus, masing-masing sekitar 400 ribu orang.
Pemimpin penelitian Dr Emmanuel Adewuyi mengatakan itu adalah penilaian komprehensif pertama dari hubungan genetik antara AD dan beberapa gangguan usus. Tim menemukan orang dengan AD dan gangguan usus memiliki gen yang sama, dan yang penting karena berbagai alasan.
“Studi ini memberikan wawasan baru tentang genetika di balik kemunculan bersama yang diamati dari AD dan gangguan usus,” kata Dr Adewuyi, seperti dikutip dari Thebrighterside, Kamis (22/9/2022).
Selain itu, meningkatkan pemahaman tentang penyebab kondisi ini dan mengidentifikasi target baru untuk diselidiki guna mendeteksi penyakit lebih dini dan mengembangkan perawatan baru untuk kedua jenis kondisi tersebut. Direktur Center for Precision Health dan supervisor studi Profesor Simon Laws mengatakan, penelitian tidak menyimpulkan gangguan usus, menyebabkan AD atau sebaliknya.
"Temuan ini memberikan bukti lebih lanjut untuk mendukung konsep sumbu 'usus-otak', hubungan dua arah antara pusat kognitif dan emosional otak, dan fungsi usus," kata Profesor Laws.
Peran kolesterol
Ketika peneliti melakukan analisis lebih lanjut ke dalam genetika bersama, mereka menemukan hubungan penting lainnya antara AD dan gangguan usus, seperti peran yang mungkin dimainkan oleh kolesterol.
Dr Adewuyi mengatakan, kadar kolesterol abnormal terbukti menjadi risiko untuk AD dan gangguan usus.
“Melihat karakteristik genetik dan biologis yang umum untuk AD dan gangguan usus ini menunjukkan peran yang kuat untuk metabolisme lipid, sistem kekebalan tubuh, dan obat penurun kolesterol,” katanya.
Sementara studi lebih lanjut diperlukan tentang mekanisme bersama antara kondisi tersebut, ada bukti kolesterol tinggi dapat ditransfer ke sistem saraf pusat, yang mengakibatkan metabolisme kolesterol abnormal di otak.
Ada juga bukti yang menunjukkan lipid darah abnormal dapat disebabkan atau diperburuk oleh bakteri usus (H.pylori), yang semuanya mendukung peran potensial lipid abnormal pada AD dan gangguan usus. Misalnya, peningkatan kolesterol di otak telah dikaitkan dengan degenerasi otak dan gangguan kognitif selanjutnya.
Harapan untuk masa depan
Meskipun saat ini tidak ada perawatan kuratif yang diketahui, temuan penelitian menunjukkan obat penurun kolesterol (statin) dapat bermanfaat secara terapeutik dalam mengobati AD dan gangguan usus.
"Bukti menunjukkan statin memiliki sifat yang membantu mengurangi peradangan, memodulasi kekebalan dan melindungi usus," kata Dr Adewuyi.
Namun, dia mengatakan ada kebutuhan untuk penelitian lebih lanjut dan pasien perlu dinilai secara individual untuk menilai apakah mereka akan mendapat manfaat dari penggunaan statin. Penelitian ini juga menunjukkan diet dapat berperan dalam mengobati dan mencegah AD dan gangguan usus.