Oleh : Endro Yuwanto/Jurnalis Republika
REPUBLIKA.CO.ID, Siapa saja yang mengikuti pertandingan kualifikasi Piala Asia U-20 2023 antara Indonesia dan Vietnam bisa melihat bagaimana tingginya kepercayaan diri para penggawa skuad Garuda Muda. Bahkan beberapa jam sebelum laga kontra Vietnam, pelatih timnas Indonesia Shin Tae-yong sudah menyatakan optimisme bahwa mental pemain sudah lebih tinggi dari sebelumnya.
Keyakinan Shin itu diwujudkan ketika Indonesia bangkit untuk balik menekan dan menaklukkan Vietnam 3-2 lewat dua gol yang tercetak dalam 10 menit terakhir pertandingan yang berlangsung 18 September 2022 lalu itu. Itu bukan saja dari cara para pemain timnas U-20 mencetak gol yang jelas memperlihatkan kepercayaan diri tinggi, tetapi juga dari cara mengatasi tekanan karena tertinggal gol dua kali untuk kemudian menciptakan dua gol dalam jangka 10 menit terakhir. Indonesia pun merebut tiket putaran final U-20 Asia di Uzbekistan tahun depan.
Itulah keistimewaan yang paling mengemuka dari skuad junior besutan Shin yang membuat Indonesia optimistis terhadap kiprah timnas sepak bolanya dalam ajang-ajang lain berikutnya. Ada teori yang menyebutkan kepercayaan diri dan mental dalam sepak bola adalah pendorong untuk hadirnya perilaku positif di lapangan yang menjadi faktor sangat menentukan untuk seorang atlet.
Kepercayaan diri dan mental kuat bukan sembarang modal, melainkan investasi amat berharga yang mutlak dibutuhkan pemain-pemain sepak bola mana pun, termasuk para bintang yang malang melintang di level dunia.
Piala Asia U-20, termasuk turnamen-turnamen internasional level junior lainnya, sejatinya bukan hal yang baru bagi Indonesia. Termasuk perhelatan tahun depan, skuad Garuda Nusantara tercatat sudah 19 kali melangkah ke putaran final.
Piala Asia U-20 telah bergulir sejak 1959. Sebelumnya, kejuaraan ini sempat bernama Piala Asia Junior dan Piala Asia U-19. Dari belasan kesempatan tersebut, bukan kaleng-kaleng, timnas Indonesia bahkan pernah merebut gelar juara pada 1961. Indonesia melengkapinya dengan menjadi runner-up pada 1967 dan 1970, lalu peringkat ketiga pada 1962, serta peringkat keempat pada 1960 dan 1964.
Namun, sudah menjadi rahasia umum. Timnas Indonesia kerap perkasa di level junior namun pada prosesnya melempem di level senior. Penyebabnya beragam. Namun sebagian besar pemerhati sepak bola nasional menggarisbawahi dua hal. Pertama adalah pola hidup. Banyak pemain muda yang kariernya mandek atau tidak meningkat karena tidak bisa menjaga pola hidupnya. Contohnya, pemain merasa cepat puas, tidak lagi berlatih secara keras, dan minim keinginan untuk terus berkembang.
Kedua adalah terbuai dengan pencapaian. Star syndrome menjadi hal berbahaya bagi pemain. Pemain seolah sudah menjadi bintang dengan gelar di level junior. Itulah 'penyakit' yang bisa dibilang membuat prestasi timnas senior Indonesia mandek alias jalan di tempat dari tahun ke tahun.
Namun demikian, melihat tangan dingin Shin, ada kemungkinan, atau lebih tepatnya harapan, timnas Indonesia tak akan mengulang kesalahan di masa lalu. Apalagi pelatih asal Korea Selatan itu mendapat mandat membesut tiga level timnas Indonesia sekaligus, yakni U-19, U-23, dan senior. Ada semacam proses yang berkesinambungan plus kepercayaan kepada Shin jika melihat kontraknya kerjanya sebagai pelatih timnas selama tiga tahun lebih atau hingga 31 Desember 2023.
Kini, timnas junior dan senior asuhan Shin sedang memegang kesempatan untuk membuat semakin berkualitas dari waktu ke waktu, apalagi jika melihat jadwal timnas tahun depan. Dari jadwal itu ada asa menggunung bahwa baik tim junior maupun senior akan semakin membaik untuk kemudian bekal bagus bagi Indonesia untuk merangkak ke level kompetisi yang selama ini tak bisa ditembus.
Tahun depan Indonesia akan mengawali proses pematangan itu dalam Piala Asia U-20 di Uzbekistan sejak 1 Maret hingga 18 Maret 2023. Dua bulan kemudian, anak-anak muda itu akan mengarungi kompetisi level FIFA dalam putaran final Piala Dunia U-20 yang digelar mulai 20 Mei sampai 11 Juni 2023. Puncaknya, tim senior akan bertualang dalam Piala Asia 2023 yang akan diadakan mulai 16 Juni sampai 16 Juli.
Jika dalam tiga turnamen itu, khususnya di level Asia, timnas junior maupun senior itu mencapai level prestasi besar atau mengulangi prestasi puncak karena Indonesia pernah menjuarai Piala Asia U-20, maka itu dapat menjadi bekal bagus untuk perjalanan Indonesia berikutnya.
Irisan prestasi skuad Merah Putih bisa menghasilkan talenta-talenta yang bukan mustahil menjadi motor untuk mengawali petualangan besar Indonesia menembus turnamen akbar sepak bola semacam Piala Dunia dan Olimpiade.
Apa yang dicapai timnas U-20 dan tim senior tahun ini, dan apa yang bisa dilakukan dalam tiga turnamen sepak bola penting tahun depan, bisa menjadi bekal bagus untuk membuat sepak bola di tanah air semakin membaik. Sehingga, tampil di pentas Olimpiade Paris 2024 atau Piala Dunia 2026, bukan lagi keinginan pungguk merindukan bulan.