Rabu 28 Sep 2022 10:29 WIB

Mendesak! Pendidikan Moderasi Beragama Sejak Usia Dini

Pendidikan toleransi perlu diajarkan kepada anak sejak usia dini

Siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mengikuti Gebyar PAUD di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (24/9/2022). Kegiatan yang diikuti ribuan anak tersebut bertujuan untuk membangkitkan motivasi bermain dan belajar anak, serta mengembangkan kreativitas dan bakat.
Foto: ANTARA/Umarul Faruq
Siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mengikuti Gebyar PAUD di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (24/9/2022). Kegiatan yang diikuti ribuan anak tersebut bertujuan untuk membangkitkan motivasi bermain dan belajar anak, serta mengembangkan kreativitas dan bakat.

Oleh : Nurhayani Ritonga, Pendidik di TK Negeri Sridadi

REPUBLIKA.CO.ID, Di Indonesia, fenomena pluralisme menjadi topik utama bagi pendidikan beragama mengingat  Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai keragaman suku, agama, adat istiadat dan budaya. Anjuran internalisasi nilai-nilai moderat dalam pendidikan agama pada generasi penerus bangsa ini pun mutlak dilakukan. 

Usaha kita dalam menginternalisasikan moderasi beragama di era digital salah satunya adalah implementasi ajaran saling menghargai perbedaan antar sesama manusia, saling cerdas dalam menyikapi keberagaman, bukan menyamakan keberagaman.

Pendidikan toleransi perlu diajarkan kepada anak sejak usia dini, seperti di Taman Kanak-kanak sudah mulai diajarkan bagaimana cara bermain dan cara  hidup berdampingan dengan teman yang berbeda agama, sebagai antisipasi agar mereka nanti mampu hidup rukun dan damai dalam keberagaman. Tentu cara mengajarkannya  sesuai dengan menu anak usia dini, seperti melalui bertepuk, bercerita, bernyanyi, dll. Maka untuk itu, penulis selaku pendidik anak usia dini, telah terinispirasi menciptakan sebuah lagu paud yang berjudul :

 Anak Toleran

Yok kawan-kawan jadi anak toleran

Pelajar pancasila berkebhinnekaan global

Aku anak toleran, Sayang kawan tak suka lawan

Aku anak toleran, Main tak pilih-pilih kawan

Aku anak toleran, Menghargai perbedaan

Aku anak toleran, Hidup rukun disayang Tuhan

 

Harapan penulis, melalui lagu ini anak-anak kita dapat bersikap toleransi menghargai perbedaan dalam bermain dan dalam berkolaborasi belajar bersama dengan teman di sekolah ataupun di rumah. Dengan adanya sikap toleransi dalam keseharian anak-anak kita sejak usia  dini, ke depan diharapkan mereka menjadi generasi penerus kita yang dapat menjunjung tinggi dasar-dasar keberagamaan, sehingga meminimalisir konflik, perpecahan atau kekerasan yang mengatasnamakan agama. Kita tahu bersama bahwa fungsi agama untuk menyebarkan ajaran kebaikan, kedamaian dan ketentraman dalam menjalani kehidupan.

Sebagaimana fakta memperlihatkan bahwa masih ada bibit radikalisme yang berkembang pada generasi milenial. Hal ini dibuktikan dengan maraknya kekerasan antar sekolah, tawuran dan pengembangan ideologi yang bertentangan dengan ajaran agama. Melalui fenomena tersebut, maka nilai-nilai moderat perlu ditingkatkan dalam media sosial sebagai media yang berpeluang menekan doktrin radikal secara intens.

Dalam proses internalisasi nilai-nilai moderasi beragama di era digital ini juga diperlukan melalui ragam media sosial seperti facebook, youtube, ataupun Instagram. Hal ini terlihat dari maraknya akun-akun dakwah yang memberikan konten terhadap moderasi beragama. Hal tersebut dikarenakan intensitas penggunaan media sosial saat ini sangat tinggi terutama di kalangan generasi milenial kita. Karena saat ini pergerakan informasi dan komunikasi berjalan melalui aktivitas media sosial. Maka media sosial juga sangat memberikan peran penting dalam edukasi nilai moderasi beragama.

Untuk itu, diharapkan media sosial berperan sebagai media yang mengupas isu-isu terkini. Informasi dan berita yang berkembang di media social, merupakan satu kebutuhan bagi para pengguna yang umumnya generasi muda. Dari indikator tersebut merupakan peluang bagi generasi milenial untuk mencermati dan menelaah pembelajaran agama berbasis online, termasuk topik terkait moderasi beragama. Kajian ini juga dapat diakulturasikan melalui budaya Indonesia yang multicultural dan multidimensi. Hal tersebut menjadi suatu pendekatan dalam perspektif sosial agama untuk memberikan wawasan dan informasi terkait pentingnya nilai-nilai moderasi beragama di Indonesia.

Melalui tulisan ini penulis mengharapkan bahwa media sosial memiliki ruang digital untuk menyeimbangkan atau menfilter arus informasi negatif terkait konflik dan radikalisme.  Karena tingginya frekuensi penyebaran informasi tersebut dapat memberikan ancaman bagi masyarakat Indonesia terhadap kerawanan konflik antar agama. Untuk itu, dibutuhkan kolaborasi dari seluruh elemen masyarakat, seperti aktualisasi nilai-nilai moderat di media cetak. Sehingga, tantangan tersebut tidak memberikan kekhawatiran terhadap konsep moderasi saat ini. 

Berdasarkan analisis fenomena tersebut, penulis bertujuan untuk mengeksplorasi nilai-nilai moderasi beragama yang berkembang di media sosial pada kalangan generasi milenial. Maka sangat diharapkan adanya pendekatan secara integratif dalam menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia melalui peran media sosial.

Sebenarnya, penggunaan media sosial yang begitu dahsyat bagi masyarakat menjadi bukti kemajuan peradaban manusia.  Media sosial merupakan sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang memungkinkan terjadinya penciptaan dan pertukaran user-generated content. Perlu kita sadari, bahwa media sosial menjadi bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari, karena selain menjadi tuntutan di era 4.0, media sosial menjadi alat komunikasi elektronik dimana para pengguna bisa membentuk group online untuk saling berbagi ilmu, berbagi pesan, ide, informasi, dan dilengkapi dengan berbagai fitur menarik seperti layanan video.

Eksplorasi media sosial populer digunakan oleh kalangan milenial, yaitu Youtube, Instagram dan Facebook. Kita dapat merasakan dan melihat bersama bahwa selain penyampai informasi, YouTube hadir untuk memenuhi kebutuhan konsumennya, baik sebagai media dakwah maupun menjadi media pembelajaran. 

Adapun Instagram merupakan sebuah aplikasi dengan platform mengunggah dan membagikan foto, video dan layanan jejaring sosial secara online serta memungkinkan penggunanya untuk mengambil gambar dan video dengan fitur tertentu. Pengguna Instagram juga bisa berbagi kiriman ke berbagai jejaring media sosial lainya seperti Facebook, Twitter dan Whatsapp, sehingga dikatakan bahwa Instagram menjadi media sosial yang mudah diakses dalam mencari informasi.

Sedangkan Facebook, banyak digunakan untuk penggambaran foto, video dan informasi lainnya secara detail dan deskriptif. Hingga sekarang, aktifitas Facebook dikembangkan dengan berbagai fitur yang menarik, bahkan dapat digunakan sebagai media untuk kegiatan komersil seperti jual beli. 

Kemudian selain media sosial di atas, kaum milenial juga mencari informasi agama berupa diskusi bersama orang yang mengerti tentang agama, dari buku, aplikasi Tiktok dan dari pesan Whatsapp masing-masing.

Peran media sosial diharapkan menjadi kontirbutor tersampaikannya informasi konsep moderasi dengan baik. Sehingga generasi milenial sebagai konsumen terbesar media sosial dengan mudah bisa memahami konsep moderasi yang dimaksud disebut sebagai generasi milenial (Generasi Z), karena mereka sejak dalam kandungan, kemudian mereka lahir dan dibesarkan saat internet sudah ada.  

Untuk itu, pendidikan Moderasi beragama perlu diajarkan kepada anak sejak usia dini, guna menyiapkan  mereka nanti untuk mampu   hidup rukun damai dalam keberagaman. 

Sikap moderasi generasi milenial dalam media sosial menjadi salah satu upaya yang penting dilaksanakan guna membantu stabilitas pemanfaatan media sosial sebagai sumber informasi. Generasi milenial dituntut bijak bermedia sosial dalam memilah dan memilih setiap informasi yang diterima, agar tidak terjebak ke dalam kubangan lumpur informasi yang kurang tepat di dunia maya. 

Tulisan ini menunjukkan bahwa sudut padang atau persepsi generasi milenial terhadap implementasi moderasi beragama dapat diinternalisasikan melalui perantara media sosial dengan tayangan berupa video, bacaan artikel dan strategi persuasi secara intensif dari pemilik konten media sosial. Menurut penulis, implementasi moderasi beragama pada generasi muda dapat ditingkatkan melalui distribusi materi keagamaan yang relevan dengan isu modern saat ini tanpa mengurangi esensi ajaran keagamaan. 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement