REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Pemilihan umum (pemilu) harus menjadi agenda bersama, demi tercapainya pemilu yang berkualitas. Menciptakan pemilu yang berkualitas bukan hanya menjadi agenda penyelenggara tapi seharusnya juga menjadi agenda partai politik, akademisi, dan masyarakat sipil secara umum.
Demikian disampaikan Wakil Ketua DPR RI Abdul Muhaimin Iskandar saat menghadiri Fisipol Leadership Forum, Bedah Buku Visioning Indonesia Seri #2 di Auditorium Fisipol Universitas Gajah Mada (UGM), Rabu (28/9/2022). Pria yang akrab disapa Gus Muhaimin itu menyatakan, Fisipol Leadership Forum adalah sarana baginya dan seluruh elemen bangsa untuk berpikir, mengisi dan mewarnai perjalanan bangsa, termasuk mewarnai politik nasional yang sebentar lagi akan memasuki masa penting Pemilu.
“Kita harus mengisi Pemilu 2024 dengan politik yang lebih berkualitas, tidak mengulang politik lima tahun yang lalu di mana konflik kompetisi menjadi perpecahan yang sangat mengkhawatirkan. Dengan kita mengisi pencerahan politik dan kesadaran politik, Insya Allah berdebat, bersitegang tidak masalah, asal memiliki isi yang tepat dan substansi yang memadai,” kata Gus Muhaimin dalam sambutannya.
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu bersyukur bangsa Indonesia punya modal yang luar biasa bernama demokrasi. Ia menilai demokrasi yang diterapkan di Indonesia mulai 1998 adalah hasil kerja keras bangsa untuk membangun sistem yang menjadikan bagian dari kesadaran baru untuk mengubah diri menjadi lebih baik dari era otoritarianisme menjadi era demokrasi.
“Demokrasi inilah modal utama yang dahsyat, yang harus kita jaga, demokrasi hari ini penuh tantangan yang tidak mudah, demokrasi hari ini mengalami penguatan dan pendewasaan yang perlu terus kita pupuk sehingga benar-benar menjadi sistem yang bermanfaat sesuai dengan tujuan, agenda dan amanah dari kelahiran kita sebagai sebuah bangsa. Demokrasi untuk keadilan, demokrasi melahirkan kemakmuran dan kesejahteraan,” kata Gus Muhaimin.
Rektor UGM Ova Emilia juga mengapresiasi Fisipol Leadership Forum yang pada edisi kedua ini menghadirkan sosok politisi sekaligus alumni Fisipol UGM, Gus Muhaimin. Dia menilai forum itu adalah kolaborasi yang baik antara akadmisi dengan DPR RI untuk membuka dialog mengenai pemikiran bagaimana sebetulnya calon pimpinan di masa depan.
“Saya kira membicarakan kepemimpinan Indonesia secara langsung juga mestinya membicarakan visi, bukan hanya sekedar pencitraan orang. Artinya visi kebijakan kesejahteraan di Indonesia itu apa. Dan tentunya kita akan memilih orang yang mempunyai visi-visi yang menjawab kesejahteraan tersebut,” kata Ova.
Di sisi lain, Dekan Fisipol UGM Wawan Mas’udi menilai Gus Muhaimin bukan hanya sosok politisi yang cakap dan hanya berkutat pada retorika tapi juga intelektual yang sudah menuangkan banyak gagasannya dalam bentuk buku. “Kita sangat senang mas Muhaimin Iskandar yang bukan hanya lisan, tapi gagasannya sudah tertulis dalam sebuah buku. Saya sudah baca bukunya, isu-isu terpenting yang perlu menjadi agenda kebangsaan kita nampaknya sudah beliau jabarkan, baik pada perubahan iklim, green politic, dan lainnya,” kata Wawan.
Wawan mengakui gagasan demokrasi yang diulas dalam buku Gus Muhaimin cukup baik. Menurutnya demokrasi yang sehat dan berkualitas bisa dilakukan jika gagasan itu terdesimanasi kepada publik, bisa dibahas bersama-sama dan bisa diperdebatkan.
“Indonesia ini negara demokratis terakhir di Asia Tenggara, cara kita untuk mempertahankan demokrasi adalah mendiskusikan gagasan. Pemilu itu penting, proses politik penting, tetapi yang sangat penting adalah program-program apa, aspek-aspek apa yang perlu hadir di dalam proses kita berpolitik,” tukas Wawan.
Bedah buku Visioning Indonesia tersebut menghadirkan sejumlah narasumber yaitu Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat & Alumni UGM Arie Sujito, Direktur Indostrategi Research & Consulting Arif Nurul Imam, budayawan dan kolumnis Mohamad Sobary, dosen PSdK FISIPOL UGM Nurhadi, dan ekonom dan dosen FEB UGM Sri Adiningsih.
Hadir pula anggota Komisi X DPR RI M. Hasanuddin Wahid, anggota Komisi IX DPR RI Sukamto, anggota DPD RI Dapil DI Yogyakarta KH. Hilmy Muhammad, anggota DPRD Provinsi DIY Umaruddin Masdar, serta ratusan mahasiswa Fisipol UGM.