Jumat 30 Sep 2022 00:08 WIB

Penderita Gangguan Ginjal di Tanah Air Meningkat

Sembilan dari 10 pendertia menyadari terkena gangguan ginjal saat masuk stadium akhir

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Gita Amanda
ilustrasi Penyakit Gagal Ginjal. Ketua Umum Perhimpunan Nefrologi Indonesia Aida Lydia mengungkap penyakit gangguan ginjal meningkat, baik di dunia dan Indonesia.
Foto: . EPA / ANGELIKA WARMUTH
ilustrasi Penyakit Gagal Ginjal. Ketua Umum Perhimpunan Nefrologi Indonesia Aida Lydia mengungkap penyakit gangguan ginjal meningkat, baik di dunia dan Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Perhimpunan Nefrologi Indonesia Aida Lydia mengungkap penyakit gangguan ginjal meningkat, baik di dunia dan Indonesia. Namun, kebanyakan orang baru menyadari saat memasuki stadium akhir.

"Data global menyebutkan bahwa satu dari 10 orang di dunia mengalami gangguan ginjal. Ternyata mayoritas sembilan dari 10 orang baru menyadari mengalami gangguan ginjal ketika fungsi ginjal sudah sangat menurun bahkan sering sekali mendekati stadium akhir," ujarnya saat mengisi diskusi Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia bertema Dampak Kebijakan Kelas Standar terhadap Pelayanan Pasien Ginjal, di Jakarta, Rabu (28/9/2022) lalu.

Baca Juga

Sementara di Indonesia, ia mengungkap berdasarkan riset kesehatan dasar (riskesdas) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada 2013 menemukan prevalensi pasien ginjal kronik sekitar 0,2 persen, kemudian jumlahnya meningkat hampir dua kalinya pada 2016. Tak hanya itu, Perhimpunan Nefrologi pada 2006 pernah mengadakan skrining berbasis populasi dan mendapatkan prevalensi 12,5 persen. 

Ia menambahkan, perbedaan angka terjadi karena pengumpulan data dengan wawancara. Sementara itu, pihaknya mencatat faktor risiko tingginya penyakit ginjal ini antara lain akibat hipertensi 34,1 persen, diabetes sebesar 10,9 persen, obesitas lebih dari 21,8 persen, kemudian perokok lebih dari 28,8 persen.

Tak hanya gangguan ginjal, pihaknya mencatat pasien cuci darah di Tanah Air meningkat dari tahun ke tahun dengan tajam dan jumlah tindakannya meningkat dengan tajam. Di antaranya 36 persen dengan diabetes, kemudian infeksi, batuk, autoimun.

"Kemudian, kalau melihat distribusi usia cuci darah relatif usia muda yaitu 45 sampai 54 tahun yang seperti diketahui ini usia produktif. Selain itu lebih banyak laki-laki menderita penyakit ginjal," katanya.

Lebih lanjut ia mengungkap jenis gangguan ginjal dibedakan menjadi dua yaitu akut dan kronis. Ia menjelaskan gangguan ginjal akut artinya berlangsung mendadak dalam jam-hari namun fungsi ginjal dapat pulih. Sedangkan penyakit ginjal kronik yakni gangguan ginjal sudah berlangsung lama lebih dari 3 bulan dan fungsi ginjal tidak dapat pulih.

"Padahal, fungsi ginjal banyak banget, di antaranya mengeluarkan toksin dan sisa metabolisme dalam tubuh melalui urine," katanya.

Tak hanya itu, dia melanjutkan,  ginjal berperan menjaga cairan tubuh, melepaskan hormon yang mengatur tekanan darah, hingga menghasilkan vitamin D kesehatan agar tulang kuat dan sehat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement