REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNGPINANG -- Ketua Ikatan Dokter Indonesia Provinsi Kepulauan Riau (IDI Kepri) dr Rusdiani menyatakan jumlah pasien penyakit jantung di Indonesia secara umum terus meningkat dipicu perubahan gaya hidup masyarakat. Menurut Rusdiani, saat ini penyakit jantung telah menyerang segala kalangan masyarakat, mulai dari ekonomi kelas bawah hingga menengah ke atas.
"Penyakit jantung masih menjadi pembunuh nomor satu di Indonesia, bahkan dunia," kata dr Rusdiani kepada Antara di Tanjungpinang, Kamis (29/9/2022).
Dr Rusdiani menyampaikan bahwa gaya hidup sangat berpengaruh terhadap kondisi jantung manusia. Ketika gaya hidupnya tidak sehat, orang berpotensi besar diserang sakit jantung.
Dr Rusdiani juga menyoroti pola hidup masyarakat sekarang sudah bergeser ke arah tidak sehat, apalagi di kota-kota besar. Misalnya, masyarakat kini lebih banyak nongkrong ditambah sajian kopi dan rokok. Mereka juga kurang tidur/istirahat, malas berolahraga, sementara tingkat stres tinggi dan konsumtif atau semua makanan dimakan tanpa dikontrol.
"Jadi, harus diingat bahwa penerapan gaya hidup tidak sehat bisa memicu serangan jantung," ujarnya.
Dr Rusdiani mengatakan saat ini penderita penyakit jantung juga tidak mengenal usia. Sudah banyak usia muda terkena hipertensi, sebagai salah satu gejala awal sakit jantung.
Ia mengatakan berat badan juga berpengaruh bagi masyarakat usia muda. Sebab, kelebihan berat badan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.
"Apalagi, gaya hidup anak muda sekarang, duduk ngopi sambil merokok berjam-jam tanpa bergerak, sehingga rentan diserang penyakit jantung," ujarnya.