REPUBLIKA.CO.ID,MALANG -- Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Malang kerap menjadi juara dalam berbagai perlombaan akademik maupun non akademik, baik di level provinsi Jawa Timur hingga level nasional bahkan internasional. Hal ini membuat para pelajar MAN 2 Kota Malang kecanduan atau kerajingan mengikuti kompetisi atau lomba.
Seperti yang dialami siswi kelas XII MAN 2 Kota Malang, Finayatus Sa'adah. Fina tampak terlibat diskusi seru dengan rekan dan pelatihnya di Laboratorium Olimpiade Sains Terpadu MAN 2 Kota Malang ketika rombongan wartawan yang mengikuti acara Peliputan Media/Jurnalis pada Lembaga Pendidikan Islam Unik dan Berprestasi datang ke tempat tersebut, Kamis (29/9/2022). Fina mengaku tengah mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba penulisan esai. Ketika ditanya kenapa mau ikut lomba lagi, dengan spontan dia menjawab, "Kecanduan."
Fina dan rekan satu timnya pernah Juara 1 Olimpiade Psikologi Nasional 2021 yang digelar Universitas Airlangga. Dia juga menjadi Juara 1 Madrasah Young Researchers Super Camp (MYRES) 2021 kategori Ilmu Sosial dan Humaniora yang digelar Kementerian Agama.
Untuk bisa menang lomba di MYRES 2021, Fina melakukan riset di Mojokerto. Dalam penelitian tersebut, dia dan rekannya membahas pola prilaku masyarakat di sekitar kawasan wisata, yang mana kawasan wisata itu terdapat mata air yang digunakan untuk kebutuhan minum dan aktivitas sehari hari warga sekitar, seperti mencuci. "Tapi setelah ditemukan banyaknya pengunjung wisata yang datang tidak membuat lingkungannya menjadi kotor tapi malah semakin bersih. Di situ pola prilakunya menunjukannya pada yang positif," kata Fina.
Keasyikan dalam melakukan penelitian itu yang kemudian membuat Fina kecanduan ikut lomba. Menurutnya, dengan mengikuti lomba dia mendapat ilmu yang diperoleh dari luar sekolah. "Gimana caranya cari ide kepenulisan, tidak semua didapat di sekolah," ungkapnya.
Kepala MAN 2 Kota Malang, M Husnan mengatakan selalu mendukung siswanya untuk berprestasi di berbagai perlombaan, baik perlombaan di bidang akademik maupun non akademik. Husnan bahkan sudah memetakan bakat siswanya sejak penerimaan peserta didik baru. Setelah tahu potensinya, para siswa yang miliki bakat dan minat yang sama kemudian dikumpulkan dalam satu kelas. "Akademi dia kuat di bidang apa? Olimpiade apa? Kita kumpulin bikin satu kelas. Riset kita kumpulin buat satu kelas. Yang non akademik kita masukkan ke ekstrakurikuler yang punya pontesi menang," ujar Husnan.
Setelah dikumpulkan dalam satu kelas, lanjut Husnan, pihaknya kemudian menyediakan pelatih yang berpengalaman dalam lomba tersebut. Para pelatih adalah alumni MAN 2 Kota Malang dan profesional. Mereka diberi kesempatan untuk berlatih seminggu dua kali. "Nah, ketika menuju level Jawa Timur atau nasional maka pelatih ini saya berikan kebebasan untuk menambah jam yang selama ini sekali seminggu menjadi seminggu dua kali atau empat kali. Bahkan, seperti olimpide itu, anak-anak saya karantina bisa sebulan," ungkapnya.
Husnan mengaku ketika menerapkan rumus tersebut seperti membuahkan hasil. Bahkan, dia tidak sembarang untuk memilih pelatih. Pelatihnya adalah para juara juga. "Itu kuncinya, keyword-nya di situ. Jangan pernah bermimpi jadi juara ketika pelatihnya belum pernah menang di event itu," pungkasnya.