Jumat 30 Sep 2022 18:52 WIB

78 Persen Profesional Bisnis Siap untuk Metaverse

87 persen responden menegaskan merasa nyaman melakukan rapat SDM di ruang virtual.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Friska Yolandha
Metaverse. Sebuah studi global baru yang ditugaskan oleh Ciena telah mengungkap seberapa siap para profesional bisnis untuk berkolaborasi di dunia maya.
Foto: AP/Kamran Jebreili
Metaverse. Sebuah studi global baru yang ditugaskan oleh Ciena telah mengungkap seberapa siap para profesional bisnis untuk berkolaborasi di dunia maya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi global baru yang ditugaskan oleh Ciena telah mengungkap seberapa siap para profesional bisnis untuk berkolaborasi di dunia maya. Menurut temuan, 96 persen dari 15.000 orang yang disurvei di seluruh dunia melihat nilai pertemuan virtual, dan lebih dari tiga perempat (78 persen) mengatakan mereka akan berpartisipasi dalam pengalaman yang lebih mendalam seperti metaverse versus alat sekarang ini, seperti konferensi video.

Selain itu, sementara selera tumbuh untuk dunia digital baru kinerja jaringan yang tidak dapat diandalkan disebut (sebesar 38 persen secara global) sebagai perhatian utama yang menahan organisasi.

Baca Juga

Sementara data mengungkapkan dorongan signifikan menuju platform yang lebih digital dan imersif dalam skala global, pendapat tentang metaverse bervariasi di seluruh wilayah. Secara global, 87 persen responden menegaskan bahwa mereka akan merasa nyaman melakukan rapat SDM di ruang virtual. Di tingkat negara, ini setinggi 97 persen di India dan 94 persen di Filipina, dan serendah 57 persen di Jepang.

Dilansir dari Japan Today, Jumat (30/9/2022), menurut temuan tersebut, dua manfaat utama dari pertemuan virtual adalah peningkatan kolaborasi dan kenyamanan. Di tingkat global, ketika memilih avatar untuk dunia virtual, 35 persen akan memilih avatar yang mencerminkan diri mereka di dunia nyata, 22 persen akan memilih versi idealis dan hanya 10 persen yang akan memilih toko budaya pop.

Selain itu, 71 persen profesional dapat melihat metaverse menjadi bagian dari praktik kerja yang ada, dan 40 persen berpikir bisnis mereka akan beralih dari lingkungan kolaborasi tradisional/statis ke platform berbasis realitas virtual yang lebih imersif dalam dua tahun ke depan

Meskipun minat tumbuh di kalangan profesional yang bekerja, hambatan untuk adopsi yang luas masih ada. Peserta survei menyebutkan keandalan jaringan sebagai perhatian utama diikuti oleh keyakinan bahwa platform imersif belum tersedia secara luas.

“Jelas, dunia bisnis siap untuk beralih ke metaverse dan mulai menggunakan lingkungan virtual yang lebih mendalam untuk kolaborasi dan inovasi,” komentar Steve Alexander, Wakil Presiden Senior dan Chief Technology Officer Ciena.

“Keandalan jaringan dapat dilihat sebagai penghalang untuk mewujudkannya hari ini, tetapi penyedia layanan tahu ada permintaan dan sudah berinvestasi dan menguji untuk membuat jaringan lebih cepat, lebih cerdas, dan mendekatkan mereka ke pengguna,” ujarnya.

Alexander menambahkan, “Kami akan terus mendengar pembicaraan seputar apa itu metaverse atau bisa jadi dalam beberapa bulan dan tahun mendatang, tetapi tidak ada kasus penggunaan yang menarik yang dapat dicapai tanpa jaringan dasar yang kuat, dicampur dengan teknologi terbaru dan terhebat yang mendukung latensi sangat rendah dan bandwidth tinggi yang meningkatkan tuntutan realitas.”

Penelitian ini mensurvei total 15.000 profesional bisnis, termasuk 1.000 profesional di masing-masing negara/wilayah berikut: Inggris, Jerman, Norwegia, Timur Tengah, Australia, Denmark, Jepang, Kolombia, India, AS, Filipina, Meksiko, Brasil, Indonesia dan Singapura. Penelitian dilakukan oleh Sensuswide atas nama Ciena pada Juni 2022.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement