REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kurang tidur bisa membuat sistem imun terganggu dan tubuh menjadi lebih rentan terhadap penyakit inflamasi dan infeksi. Sebuah studi terbaru berhasil menemukan mekanisme biologis di balik efek tersebut.
Menurut studi ini, gangguan tidur pada tikus dan manusia dapat mempengaruhi pemrograman dan laju produksi sel imun. Kondisi ini membuat sel-sel imun kehilangan efek protektifnya dan bahkan bisa memuat infeksi menjadi lebih buruk.
"Dan perubahan ini berlangsung untuk waktu yang lama," jelas ketua tim peneliti Filip Swirski, seperti dilansir New Atlas, Jumat (30/9/2022).
Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Experimental Medicine ini mencoba mencari tahu seperti apa mekanisme biologis yang menghubungkan tidur dengan kesehatan imunologis. Oleh karena itu, studi ini berfokus pada mekanisme bernama hematopoiesis, yaitu sebuah proses regenerasi sel-sel darah baru, di mana sebagiannya adalah sel imun atau monosit. Mekanisme ini biasanya terjadi di dalam sumsum tulang.
Untuk melakukan studi ini, tim peneliti menggandeng 14 orang dewasa sehat untuk melakukan percobaan tidur. Para partisipan diminta untuk menerapkan pola tidur yang sehat selama enam pekan. Kriteria dari pola tidur yang sehat ini adalah tidur dengan durasi minimal 7,5 jam per malam.
Setelah itu, para partisipan mendapatkan jeda sejenak sebelum kembali melakukan percobaan tidur kedua. Dalam percobaan tidur kali ini, para partisipan diminta untuk mengurangi durasi tidur mereka sebanyak 90 menit setiap malam, selama enam pekan. Dengan akta lain, mereka hanya diperbolehkan untuk tidur sekitar enam jam per malam.
Selama kedua percobaan tidur ini dilakukan, tim peneliti juga mengambil sampel darah dari para partisipan.
Hasil studi menunjukkan bahwa ada perubahan yang signifikan pada hematopoietic stem and progenitor cells (HSPCs) para partisipan setelah mengalami gangguan tidur selama enam pekan. HSPCs merupakan sel punca prekursor yang nantinya menjadi monosit.
Menurut tim peneliti, perubahan terjadi pada struktur DNA HSPCs. Perubahan ini turut menunjang terjadinya kondisi inflamasi di dalam tubuh.
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam, tim peneliti melakukan percobaan menggunakan model tikus. Tim peneliti juga menemukan hasil serupa yang menunjukkan abhwa kurang tidur bisa mengganggu sel punca imun tikus.
Selain itu, studi pada tikus juga menunjukkan bahwa kerusakan sel punca imun akibat kurang tidur tak bisa diperbaiki secara optimal, meski seseorang memperbaiki pola tidurnya. Tikus yang sempat mengalami kurang tidur terus memproduksi sel punca imun yang rusak dalam jumlah besar meski sudah kembali ke pola tidur normal.
"Temuan kami mengindikasikan bahwa perbaikan tidur tidak dapat sepenuhnya memperbaiki efek dari kurang tidur," ungkap ketua investigator dalam studi, Cameron McAlpine.
McAlpine mengatakan jejak molekuler dari kurang tidur tetap terdeteksi pada sel punca imun, hingga beberapa pekan setelah perbaikan tidur dilakukan. Jejak molekuler ini bisa menyebabkan sel-sel memberikan respons yang tak sesuai sehingga menyebabkan inflamasi serta penyakit.
Direktur National Center on Sleep Disorders Research, Marishka Brown, mengungkapkan bahwa tidur mempengaruhi fungsi optimal pada hampir semua sel dan organ di dalam tubuh. Temuan terbaru dalam studi ini semakin memperkuat bukti bahwa tidur memiliki peran besar bagi kesehatan.
"Tidur bisa memiliki efek protektif terhadap berbagai masalah kesehatan, termasuk penyakit jantung, kanker, dan demensia," ungkap Brown.