REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis bedah onkologi dr. Walta Gautama Said Tehuwayo, Sp.B(K)Onk menyebutkan bahwa perlu ada pelatihan khusus bagi caregiver atau pendamping pasien kanker, dengan melibatkan dokter hingga psikolog. "Seharusnya memang ada satu pendidikan atau pelatihan khusus bagaimana menjadi caregiver dengan melibatkan ahli psikologi, dokter kankernya, perawatnya," ujar dokter yang merupakan alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu dalam bincang-bincang kesehatan yang digelar daring diikuti di Jakarta, Rabu (5/10/2022).
Menurut dia, pelatihan khusus bagi para caregiver menjadi hal yang penting karena merawat pasien kanker bukan hal mudah, melainkan perlu keahlian dalam menangani berbagai kondisi yang mungkin terjadi pada pasien kanker.
"Caregiver harus dibekali bagaimana menangani masalah-masalah yang biasanya timbul pada pasien dengan kanker. Misalnya kanker payudara, luka, bagaimana dia harus menanganinya, kan dia bukan perawat," katanya.
Ia melanjutkan, pelatihan juga diperlukan untuk memastikan caregiver mampu menjaga kondisi mentalnya agar selalu bisa memberikan perawatan yang baik. Menurutnya, jika caregiver tak mampu menjaga kondisi mental maka hal buruk bisa saja terjadi pada pasien.
"Saya kasih contoh misalnya, ada baby sitter yang saat mengasuh anak, dia malah memukul anak yang diasuhnya itu. Artinya, bisa saja hal ini juga terjadi pada caregiver pasien kanker. Jadi seharusnya memang ada pelatihannya," kata dia.
Selain mengadakan pelatihan, Walta juga mengatakan perlu ada tempat khusus bagi caregiver pasien kanker. Tujuannya, agar seseorang dapat menitipkan anggota keluarganya yang pengidap kanker ke tempat tersebut sehingga dia bisa tetap bekerja.
"Setiap orang sayang sama orang tuanya, pasti. Tapi ada kondisi-kondisi tertentu yang membuat dia harus memilih. Bukan menelantarkan ya, tapi agar pasien tetap bisa berobat dan dia juga tetap bisa mencari nafkah," ujarnya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, lanjut dia, dibutuhkan dukungan tak hanya dari pemerintah tapi juga dari berbagai stakeholder termasuk swasta, organisasi, hingga komunitas.
"Saya rasa memang sudah ada saat ini, tapi bentuknya masih rumah singgah. Mungkin ke depannya harus ada gedung entah berapa lantai yang bersebelahan dengan rumah sakit," katanya.