REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR Irine Yusiana Roba Putri berharap, penyelenggaraan Parliamentary Forum in the Context of the G20 Parliamentary Speaker’s Summit (P20) mendorong keterlibatan perempuan di dunia politik. Pasalnya, perempuan yang terjun ke dunia politik dinilai belum maksimal terlibat dalam pengambilan keputusan.
"Menjadi tantangan utama parlemen di seluruh dunia untuk melibatkan perempuan secara utuh di dalam setiap pengambilan keputusan publik. Padahal, jika perempuan berdaya, akan membuat negara semakin kuat," ujar Irine lewat keterangannya, Kamis (6/10/2022).
P20 sendiri akan membahas salah satu isu Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu kesetaraan gender (gender equality). Hadirnya forum itu, ia ingin menyuarakan bahwa kesetaraan gender berpotensi menyadarkan perempuan parlemen dengan kekuatan mereka sendiri untuk ambil andil tanpa ragu menjalankan tugas dan fungsinya.
"Parlemen harus menyadari goal dari setiap undang-undang ataupun penganggaran ataupun pengawasan itu harus mengutamakan gender. Jadi kesetaraan gender, pengaruh utama gender itu harus termasuk di dalamnya, sehingga perempuan jadi berdaya," ujar Irine.
Berdasarkan Global Gender Gap Report 2022 yang dirilis World Economic Forum, Indonesia menunjukan adanya ketimpangan gender. Ia sangat menyayangkan Indonesia memperoleh peringkat ke-92 dari 146 negara, dengan indeks pemberdayaan perempuan di bidang politik yang terhitung sangat rendah.
Kendati demikian, menurutnya jumlah keterwakilan perempuan di parlemen, khususnya di Indonesia, telah mendekati ideal. Sejumlah kebijakan yang mengutamakan kesetaraan gender telah dilahirkan. “Ke depannya, saya berharap dalam forum-forum seperti ini, kita juga bisa belajar dari negara-negara maju tentang pembuatan kebijakan publik yang mengutamakan arus utama gender," ujar Irine.