REPUBLIKA.CO.ID, MALANG - Tidak dapat dipungkiri saat ini hubungan antarnegara memiliki dampak yang besar dalam keberlangsungan ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Hal tersebut berefek pada terbentuknya masyarakat multikultural yang turut mempengaruhi pertumbuhan Sumber Daya Manusia (SDM) baik itu secara kualitas maupun kuantitas.
Kajian mengenai itu diulas dalam agenda hasil kolaborasi Centre for Asia Studies Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Eurasia Foundation melalui seminar Lecture Series pada awal Oktober ini. Seminar yang kedua ini mengangkat tema Multiculturalism for the Human Development in Asian Community.
Dianni Risda selaku dosen Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) ini turut diundang sebagai pembicara. Ia menjelaskan konsep multikultural di Jepang terbentuk tanpa sadar karena banyaknya penduduk asing datang ke sana. Sedangkan di Indonesia, secara gamblang sudah terlihat berbagai macam suku, bahasa, dan budaya, tanpa membedakan satu sama lain.
Dianni, sapaan akrabnya, juga mengkaji hubungan antara Indonesia dan Jepang yang sudah terjalin sejak lama. Hal tersebut dibuktikan dengan Indonesia sebagai penerima Overseas Development Assistant (ODA), terbanyak kedua setelah China. Dana investasi ini adalah bentuk nyata Jepang dalam menjalin kerjasama ekonomi dengan Indonesia.
“Indonesia menjadi salah satu negara tujuan investasi terbesar Jepang. Mengingat secara SDM Jepang sangat minim, sehingga perlu melakukan ekspansi produksinya ke luar negeri dan Indonesia adalah salah satunya,” ucapnya.
Yudi Darma selaku pembicara selanjutnya menjelaskan multikulturalisme masyarakat memiliki dampak positif maupun negatif. Adapun dampak positifnya yakni keterbukaan antar negara yang mempermudah kerja sama dan kolaborasi. Sebaliknya dampak negatif yang dihasilkan ialah utang negara semakin meningkat. Hal tersebut disebabkan oleh permintaan masyarakat yang tinggi karena semakin majemuknya masyarakat.
Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mengatakan perkembangan teknologi memiliki andil dalam membentuk multikulturalisme. Masyarakat multikultural secara tidak sadar terbentuk melalui media sosial. Hal itu karena mereka yang memiliki latar belakang yang berbeda bertemu tanpa ada batasan.
Hal itu juga menunjukkan tingginya tingkat konsumsi masyarakat dalam berinteraksi di media sosial, terutama Asia. Itu akan berpengaruh pada jumlah penggunaan energi dan cadangan bahan baku pembuatan elektronik yang terus menipis.
“Aspek energi dan recycle limbah elektronik jangan dilupakan. Limbah elektronik semakin menumpuk tiap harinya. Oleh karena itu, perlu adanya pengolahan ulang limbah elektronik agar tidak berbahaya untuk kelangsungan hidup manusia di masa depan,” imbuhnya.