REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengukuhkan dua guru besar baru Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Keduanya ialah Profesor Dwi Priyo Utomo pada bidang pendidikan matematika dan Profesor Rr Eko Susetyarini pada bidang biologi reproduksi.
Rektor UMM, Fauzan menilai, keduanya guru besar itu merupakan pribadi yang memiliki etos tinggi serta kerja keras yang tak kenal lelah. Maka itu, dia mengapresiasi atas capaian tertinggi dalam bidang akademik yang sudah diraih. “Ini membuktikan bahwa keduanya sangat berdedikasi terkait keilmuan yang digeluti,” ungkapnya dalam pesan resmi yang diterima Republika.
Fauzan berharap dengan bertambahnya profesor yang dimiliki UMM, kontribusi yang diberikan juga makin tinggi. Kemudian korelasinya terhadap pengembangan UMM yang tengah berakselerasi dalam program internasionalisasi.
Dalam pengukuhan tersebut, masing-masing memaparkan orasi ilmiahnya. Susetyarini menyampaikan orasi mengenai “Beluntas dan Antifertilitas Serta Implementasinya dalam Pembelajaran”. Ia menilai Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman tumbuhan yang berbentuk pohon, perdu, dan semak.
Salah satu tanaman bentuk perdu yaitu beluntas dan bermanfaat sebagai sumber makanan dan obat. Dalam hal ini, obat yang ia kembangkan merupakan antifertilitas yakni suatu zat atau bahan yang menyebabkan tidak terjadinya fertilisasi antara spermatozoa dengan ovum. Di masyarakat, antifertilitas digunakan sebagai program kontrasepsi dengan harapan menjarangkan kelahiran
Penelitiannya tentang beluntas sebagai antifertilitas bermula dari fakta bahwa selama ini antiferlititas pada pria belum banyak diterapkan. Ada pun saat ini, antifertilitas pria yang tersedia hanya sterilisasi atau suntikan testosterone. Namun menurutnya, perlu adanya pengembangan obat tradisional antifertilitas pria secara oral atau diminum.
“Penelitian ini telah melalui uji prekinis ke hewan coba tikus putih jantan yang menunjukan bahwa pemberian bubuk daun beluntas berkhasiat sebagai antifertilitas. Hal tersebut juga ditunjukkan dari hasil screening DNA mitokondria spermatozoa,” katanya.
Di sisi lain, Priyo menyampaikan orasi terkait “Mengembangkan Pemahaman Relasional Siswa: Mengutamakan Pengetahuan Konseptual atau Prosedural?”. Menurutnya, pemahaman relasional membantu siswa membangun skema untuk menghubungkan ilmu yang sudah mereka ketahui dengan pengetahuan yang baru. Pengembangan ide-ide dalam memecahkan soal matematika juga berangkat dari sana.
Pemahaman relasional, lanjutnya, berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan konseptual. Namun di lapangan terjadi perdebatan tentang mana yang harus diutamakan antara kedua pengetahuan tersebut. “Padahal, hakikatnya, hubungan antara pengetahuan konseptual dan prosedural bersifat bilateral,” ucapnya.
Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran yang menitikberatkan pada pengembangan pengetahuan konseptual dan prosedural harus disempurnakan sehingga menjadi lebih jelas. Penjelasan yang lebih rinci dapat mengubah pembelajaran tradisional yang umumnya bersifat prosedural menjadi pembelajaran yang juga mengutamakan pengetahuan konseptual.
Nuansa akademik dalam acara itu semakin kental dengan adanya peluncuran lima Center of Excellence (CoE) FKIP UMM. Hal ini dimulai dari CoE Konsultan Pendidikan dari Prodi PGSD, CoE Media dan Animasi Pendidikan Digital dari Prodi Pendidikan Matematika dan English for Hospitality dari Prodi Pendidikan Bahasa Inggris. Kemudian CoE Entrepreneur Perbukuan dari Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, dan CoE Sekolah Wisata Sejarah Digital dari Prodi PPKn.