REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nissan Motor Co memutuskan untuk menarik diri dari pasar Rusia. Nissan pun bergabung dengan sederet perusahaan lain yang keluar dari negara itu setelah invasi ke Ukraina.
Perusahaan otomotif asal Jepang itu mengatakan akan menjual bisnisnya ke lembaga penelitian yang dikelola negara. Keputusan bisnis itu akan membuat Nissan mengalami kerugian satu kali sekitar 686 juta dolar AS, kurang lebih setara dengan Rp 10,5 triliun.
Produsen mobil itu mengatakan akan mempertahankan perkiraan pendapatan setahun penuh. Pendapatan dikatakan tidak berubah meskipun mengalami kerugian.
Langkah itu dilakukan setelah perusahaan menghentikan produksi di pabrik St Petersburg pada Maret. Itu terjadi akibat gangguan rantai pasokan setelah perang di Ukraina.
"Dengan tidak ada tanda-tanda perbaikan yang terlihat, perusahaan memutuskan untuk tidak dapat melanjutkan operasi," kata Nissan.