REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) terus berinovasi dalam upaya percepatan penurunan stunting berbasis keluarga dengan sasaran utama yaitu remaja, calon pengantin, calon pasangan usia subur, ibu hamil, ibu menyusui, dan anak berusia 0-59 bulan. Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN Nopian Andustri mengatakan, ayah dan ibu memiliki peran yang sama besarnya dalam pengasuhan.
Jika ada pandangan mengenai mengasuh anak adalah tugas seorang ibu, sedangkan ayah tugasnya mencari nafkah adalah pandangan yang keliru dan membawa dampak kurangnya peran ayah dalam pengasuhan anak di keluarga.
"Keterlibatan ayah dalam pengasuhan sama baiknya dengan ibu dan mengenali serta merespon kebutuhan-kebutuhan anak, ayah memiliki peran yang sangat penting dalam keluarga. Karena, lengkapnya sebuah keluarga, lengkapnya pengasuhan bagi seorang anak apabila ibu dan ayahnya ikut bersama memberikan pengasuhan pada anaknya,” kata Nopian dalam keterangan, Kamis (13/10/2022).
Nopian menjelaskan, keterlibatan ayah dalam pengasuhan dapat dimulai sejak masa kehamilan yaitu ayah meluangkan waktu mendamping ibu periksa kehamilan dan saat melahirkan. Begitu juga ketika lahir ayah dapat turut merawat bayi dengan ikut memandikan, mengganti popok.
Nopian melanjutkan, saat memasuki masa MPASI, ayah dapat terlibat dalam mencari informasi tentang MPASI, membuat MPASI, dan memberikan dukungan untuk ibu ketika anak susah makan. Selain itu, ayah ikut terlibat melalukan aktivitas bersama anak.
"Ayah juga dapat menciptakan komunikasi yang baik dengan keluarga, komunikasi dapat dilakukan dalam setiap kesempatan berinteraksi dengan anak,” ujarnya.
Lebih jauh Nopian berpesan, hal tersebut harus terus disosialisasijan kepada calon-calon ayah yang akan memasuki usia pernikahan dan memasuki fase keluarga. Dia juga tidak ingin ada pandangan bahwa pengasuhan itu adalah tanggung jawab seutuhnya seorang ibu, tetapi pengasuhan juga menjadi tanggung jawab seorang ayah.
“Oleh karena itu, kepada para petugas lapangan, para penyuluh KB, PLKB sampaikanlah informasi ini, suguhkanlah pemahaman-pemahaman ini bahwa peran ayah dalam pengasuhan seorang anak tidak kalah pentingnya dengan peran seorang ibu,” imbaunya.
Senada dengan Nopian, Ikatan Dokter Anak Indonesia DR dr Fitri Hartanto, SpAk (K) mengatakan seorang anak harus memiliki kedekatan yang sama antara ayah dan ibu sehingga terjalin kerjasama untuk mencapai tujuan, visi dan misi yang sama dalam mendidik anak di lingkungan keluarga.
"Sehingga terbentuknya kepribadian anak akan tercapai apabila antara ayah ibu sebagai orang tua dapat menjalankan tugas dan perannya dengan baik,” kata Dokter Fitri.
Dokter Fitri menambahkan, pentingnya memberikan MPASI adalah kunci keberhasilan keluarga untuk mencegah stunting. Seorang ayah pun harus terlibat di dalamnya baik secara emosional hingga finansial untuk memenuhi kebutuhan gizi anak.
Pada kesempatan yang sama Program Manager Kesehatan dan CSR Astra Yogi Lasril juga menyampaikan dukungannya kepada BKKBN dalam hal percepatan penurunan stunting, serta kesehatan ibu dan anak.
"Kita sangat aware terkait kesehatan keluarga dimana customer kita adalah keluarga Indonesia. Apa yang dilakukan Astra dalam program kesehatan ibu dan anak serta keluarga? Astra itu untuk kesehatan seluruhnya tidak hanya untuk ibu dan anak serta keluarga, tetapi sampai lansia, kemudian juga remaja semuanya kita lakukan sampai kesehatan lingkungan, bahkan kesehatan Astra sudah masuk ke pesantren,” ucap Yogi.
Yogi menjelaskan, BKKBN sangat terbuka untuk berkolaborasi di bidang kesehatan dengan pihaknya. Dia menyebut saat ini Astra sudah membina lebih dari 3.000 posyandu dengan kader lebih dari 12 ribu di 134 kampung bersih Astra, dan lebih dari 1.000 desa sejahtera.
“Dimana kita juga berkontribusi besar di 20 pesantren Indonesia, dan juga kita punya 180 ribu masyarakat terpapar", imbuhnya.
Yogi juga mengakui bahwa pihaknya telah berhasil menurunkan stunting sebanyak 17 persen di Rote melalui program air bersih dan sanitasi. Selain itu Astra juga sudah mengintervensi 30 desa di 14 kab/kota di seluruh Indonesia.