REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN - Pakar Kesehatan Masyarakat dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Syamsul Arifin mengatakan optimalisasi pos pelayanan terpadu (posyandu) yang terintegrasi dapat mempercepat pengendalian stunting yang saat ini secara nasional angkanya 24,4 persen.
"Dalam upaya peningkatan kesehatan dan tumbuh kembang bayi, balita, dan ibu hamil yang merupakan kelompok rentan, maka perlu mengaktifkan dan mengoptimalkan kegiatan posyandu," kata dia di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Senin (17/10/2022).
Menurut dia, pelayanan sosial dasar keluarga dalam aspek pemantauan tumbuh kembang anak pada posyandu merupakan upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat. "Apalagi sekarang posyandu terintegrasi dengan pendidikan anak usia dini (PAUD) dan juga program Bina Keluarga Balita (BKB) yang dibuat oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)," katanya.
Syamsuljuga mendorong penerapan pengembangan masyarakat berbasis keluarga yang mempunyai nilai strategis dalam upaya pembangunan masyarakat pada umumnya dan juga dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak pada 1.000 hari pertama kehidupan. Adapun tujuh potensi pengembangan masyarakat yang bisa dioptimalkan yaitu kepemimpinan, pengorganisasian, pendanaan, sarana, pengetahuan, teknologi tepat guna, dan perbaikan pola komunikasi keluarga dalam pengambilan keputusan.
"Program specific community development berbasis keluarga yang dimasifkan melalui posyandu diharapkan dapat membantu menurunkan prevalensi stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024," kata Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran ULM itu.
Stunting adalah suatu kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis dan stimulasi psikososial serta paparan infeksi berulang terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) atau biasa disebut pendek. Syamsul menyebut stunting juga berdampak pada potensi kematian. Dia merujuk sebuah studi kohort yang dilakukan di Inggris, ditemukan bahwa dari 3.877 anak, sebanyak 391 orang meninggal pada usia 36 hingga 64 tahun.