Jumat 21 Oct 2022 16:04 WIB

Bagaimana Kalau Anak Telanjur Minum Obat Sirop yang Ditarik dari Peredaran?

Ada lima obat sirop yang ditarik dari peredaran.

Aneka obat sirop di salah satu apotek di Kudus, Jawa Tengah, Jumat (21/10/2022). Orang tua diserukan untuk memantau kondisi buah hatinya jika anak telanjur minum obat yang ditarik dari peredaran akibat cemaran etilen glikol yang terkait dengan kasus ganguan ginjal akut.
Foto: ANTARA/Yusuf Nugroho
Aneka obat sirop di salah satu apotek di Kudus, Jawa Tengah, Jumat (21/10/2022). Orang tua diserukan untuk memantau kondisi buah hatinya jika anak telanjur minum obat yang ditarik dari peredaran akibat cemaran etilen glikol yang terkait dengan kasus ganguan ginjal akut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejauh ini, ada lima obat sirop yang ditarik dari peredaran karena yang mengandung cemaran etilen glikol (EG) melampaui ambang batas aman. Bagaimana jika anak telanjur minum salah satu dari obat tersebut?

Kasie Kefarmasian Dinkes Provinsi DKI Jakarta Hari Sulistyo menyarankan agar orang tua memantau efek samping obat pada anak. Lalu, apa yang harus dilakukan jika mendapati anak mengalami efek samping obat?

Baca Juga

"Kalau ada efek samping, langsung ke layanan kesehatan terdekat, misalkan kencingnya makin berkurang, itu faktor kritis dan harus dibawa ke layanan kesehatan terdekat atau rumah sakit," kata Kasie Kefarmasian Dinkes Provinsi DKI Jakarta Hari Sulistyo dalam diskusi mengenai kiat konsumsi obat secara aman yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat (21/10/2022).

Hari berharap penyetopan sementara distribusi obat sirop anak bisa menurunkan angka kasus gangguan ginjal akut pada anak yang mayoritas usia balita. Sampai saat ini, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) masih melakukan penelitian terkait penyebab dari gangguan ginjal akut tersebut.

"Penyakit gangguan ginjal akut progresif atipikal ini memang masih dalam proses penelitian masih terus dibahas oleh Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan, tim ahli terus dilakukan penelitian terkait pengobatan dan penyebabnya juga," kata Hari.

Dihubungi pada Selasa (18/10/2022), dokter spesialis anak Fitria Mahrunnisa mengingatkan orang tua untuk memonitor gejala infeksi dalam 14 hari terakhir jika anaknya mengalami sakit. Gejala tersebut mencakup demam, gejala pernapasan seperti batuk, pilek, atau gejala saluran pencernaan seperti diare dan muntah.

"Jadi, pada 14 hari itu kita harus waspada, apakah ada gejala yang mirip-mirip gangguan ginjal akut atau enggak," kata dr Fitria.

Kasus gangguan ginjal akut ini banyak dijumpai pada anak usia di bawah lima tahun dan saat ini sudah menyebar ke-20 provinsi di Indonesia. Selain melihat gejala demam, menurut dr Fitria, orang tua juga harus memperhatikan perubahan pada warna urine anak dan intensitas buang air kecilnya.

"Jadi, gangguan ginjal akut itu pasti kelihatannya dari urine, kalau yang hanya ringan itu pipisnya kayak hanya berkurang atau lebih pekat," ucapnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement