REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Zulies Ikawati menyarankan masyarakat untuk memperbanyak minum air putih jika telanjur mengonsumsi obat yang mengandung zat etilen glikol (EG). Ia menjelaskan bahwa air putih dapat mempercepat eliminasi pembuangan.
"Air itu nanti menggelontorkan dan juga mengencerkan sehingga kadar yang berbahaya menjadi berkurang sambil tetap dipantau apakah ada gejala," ujarnya dalam diskusi "Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Menjawab" yang disiarkan secara daring, Selasa (25/10/2022).
Prof Zulies menjelaskan bahwa etilen glikol (EG) dan ditilen glikol (DEG) merupakan suatu cairan bening, tak berwarna, dan tak berbau yang biasa digunakan untuk industri mesin. Senyawa tersebut kerap digunakan sebagai zat antibeku untuk penggunaan pada radiator dan merupakan senyawa yang bersifat toksik atau beracun.
Penggunaan EG dan DEG dalam obat, lanjut Prof Zulies, tidak dapat sepenuhnya dihindari. Sebab, EG dan DEG bisa menjadi salah satu bahan untuk membentuk bahan pelarut pada obat sirup.
Ketentuan farmasi, penggunaan EG dan DEG pada pelarut hanya diperbolehkan dengan kadar di bawah 0,1 persen. Prof Zulies menjelaskan pelarut yang lazim dan diperbolehkan contohnya propylene glycol, glycerin, dan polyethylene glycol.
"Namun, bahan tersebut tidak bisa murni 100 persen sehingga dalam pembuatan mengandung bahan cemaran dengan ambang batas yang diperbolehkan," katanya.
Lebih lanjut, Prof Zulies menyampaikan bahwa senyawa EG dan DEG tidak serta merta langsung menyerang ginjal manusia. Namun, proses metabolik yang mengubah EG dan DEG menjadi senyawa toksik asam oksalat yang berkontribusi pada penyakit gagal ginjal akut.
"Ketika dia (asam oksalat) berikatan dengan kalsium membentuk kalsium oksalat akan menyumbat dan merusak kerja ginjal," jelasnya.