REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gastroesophageal reflux disease (GERD) bisa dipicu oleh beragam hal, mulai dari stres hingga konsumsi alkohol. Satu hal yang mungkin jarang disadari, kemunculan GERD juga bisa menjadi pertanda dari penyakit perlemakan hati yang berat.
GERD terjadi ketika asam lambung kembali naik ke kerongkongan. Kondisi ini bisa memunculkan gejala seperti heartburn, terutama setelah makan.
Menurut sebuah studi terbaru, GERD dikeluhkan oleh 83 persen pasien yang bergelut dengan masalah penyakit perlemakan hati tahap akhir, yaitu sirosis. Pada pasien penyakit perlemakan hati, sirosis terjadi ketika organ hati dipenuhi oleh jaringan parut akibat kerusakan jangka panjang yang disebabkan oleh penumpukan lemak di hati.
Ketika sirosis terjadi, hati tak lagi bisa berfungsi dengan sebagaimana mestinya. Bahkan, hati bisa gagal berfungsi hingga mengancam jiwa.
Studi terbaru ini dipublikasikan dalam Egyptian Liver Journal dengan melibatkan 100 pasien sirosis. Selama studi berlangsung, para partisipan menjalani pemeriksaan gejala GERD dengan menggunakan ultrasound perut serta endoskopi.
Di antara 100 pasien tersebut, sebanyak 83 orang menderita GERD. Tim peneliti juga menemukan bahwa tingkat keparahan GERD berkaitan secara signifikan dengan tingkat keparahan sirosis yang dialami pasien.
Studi berbeda juga menemukan adanya hubungan antara penyakit perlemakan hati nonalkoholik dengan gejala GERD. Menurut studi ini, pasien penyakit perlemakan hati non lkoholik tahap awal bisa mengalami beberapa gejala GERD, seperti heartburn dan regurgitasi atau naiknya kembali campuran makanan yang belum dicerna dengan cairan lambung ke kerongkongan hingga mulut.
Penyakit perlemakan hati nonalkoholik merupakan penumpukan lemak berlebih pada hati yang dipicu oleh berbagai hal selain konsumsi alkohol. Sebagian besar pemicu penyakit perlemakan hati non alkoholik adalah obesitas.