REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tren gejala pada penderita Covid-19 yang sudah divaksinasi lengkap tampak sedikit berbeda dengan orang-orang yang belum divaksinasi. Salah satu gejala yang paling mendominasi di antara pasien Covid-10 dengan status vaksinasi lengkap adalah cephalgia.
Menurut data dari aplikasi Zoe Covid Study di Inggris, gejala cephalgia dialami oleh 69 persen pasien Covid-19 yang sudah menerima dua dosis vaksin. Cephalgia juga kerap muncul di periode awal terjadinya infeksi.
Oleh karena itu, orang-orang yang sudah divaksinasi lengkap dan mengalami cephalgia sebaiknya mewaspadai kemungkinan terpapar Covid-19. Cephalgia atau dikenal pula sebagai sakit kepala merupakan kondisi munculnya nyeri di area kepala atau wajah.
Rasa nyeri yang muncul digambarkan seperti nyeri yang berdenyut, konstan, tajam, atau seperti nyeri yang tumpul. Keluhan cephalgia juga bisa dipicu oleh virus-virus penyebab pilek dan flu. Akan tetapi, ada beberapa kriteria yang bisa membedakan cephalgia pada kasus Covid-19.
Pada Covid-19, cephalgia muncul sesaat setelah infeksi terjadi dan berlangsung sekitar tiga hingga lima hari. Namun, pada sebagian pasien Covid-19, khususnya pasien long Covid, rasa sakit kepala ini bisa bertahan lebih lama.
Rasa sakit kepala yang muncul pada kasus Covid-19 juga memiliki ciri yang cukup khas. Rasa sakit kepala ini terasa sangat berat, seperti berdenyut, menekan, atau menusuk.
Rasa sakit ini juga cenderung terjadi secara bilateral atau di kedua sisi kepala. Selain itu, rasa sakit kepala akibat Covid-19 biasanya tak menghilang meski pasien sudah mengonsumsi obat pereda nyeri.
Namun, perlu diingat bahwa cephalgia atau sakit kepala merupakan kondisi yang sangat umum terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Merasakan keluhan sakit kepala tak serta-merta menjadi sebuah kepastian bahwa seseorang terkena Covid-19.
"(Pada Covid-19) sakit kepala kemungkinan besar terjadi bersamaan dengan keluhan lelah dan kehilangan indra penciuman atau anosmia," jelas tim Zoe, seperti dilansir Express, Kamis (27/10/2022).