REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli Neuro Intervensi (Neuro Intervention Expert) Ricky Gusanto Kurniawan mengatakan, pikun menjadi salah satu tanda gejala stroke yang bisa terjadi tiba-tiba. "Yang paling sering kita temui itu pikun, tapi kejadiannya selalu mendadak, misalnya lagi ngobrol bisa lupa dia di mana," katanya dalam diskusi "Setiap Menit Berharga, SEGERA KE RS" di RS Pusat Otak Nasional Jakarta, Jumat (28/10/2022).
Pikun merupakan salah satu perubahan perilaku yang masuk dalam gejala terjadinya strok. Selain pikun, gejala lain yang bisa diamati pada penderita strok adalah rasa lemah pada lengan atau tungkat, gangguan berbicara dan sakit kepala mendadak. Hal ini terjadi karena adanya aliran darah yang terhenti ke otak, sehingga tidak ada oksigenasi yang mengalir dan terjadi gangguan dan kematian pada sel otak.
"Ini waktunya cepat sekali," ucapnya.
Ricky mengatakan, 20 sampai 30 persen penderita strok meninggal dalam satu bulan dan 25 persen terjadi pada usia kurang dari 65 tahun. "Mungkin kita berpikirnya stroke itu pada usia tua, ternyata banyak juga pada usia muda. Sekitar 25 persen terjadi pada usia produktif, sangat menjadi beban, bukan cuma keluarga, tapi juga negara," ucap Ricky.
Dokter dari RS Pusat Otak Nasional Jakarta ini mengatakan jika sudah melihat tanda perubahan pada fungsi anggota tubuh, segera bawa ke rumah sakit agar cepat tertangani. "Kemenkes sudah membuat gerakan SEGERA KE RS, yaitu Senyum tidak simetris, Gerak separuh badan, bicara yang pelo, kebas, rabun, sakit kepala yang hebat," papar Ricky.
Frasa ini sebelumnya sudah dikenal dengan sebutan FAST (Face, Arm, Speech, Time), yang berguna guna meningkatkan kesadaran masyarakat untuk segera membawa pasien ke rumah sakit. Ricky mengatakan, faktor risiko stroke harus terkontrol dengan baik agar tidak memperburuk kondisi dan menjadi pencetus terjadinya stroke.
"Kondisi yang menjadi faktor risiko stroke adalah hipertensi, merokok, stres dan obesitas," ucapnya.