REPUBLIKA.CO.ID, Dalam beberapa tahun terakhir, pamor penyerang nomor sembilan, kembali menjadi sorotan. Mereka menjadi sosok pembeda. Sebut saja Robert Lewandowski, Karim Benzema, Erling Braut Haaland, hingga Dusan Vlahovic. Para pemain tersebut merupakan andalan di tim nasional dan klub masing-masing. Lewandowski dkk membuktikan, posisi bomber masih menjadi pilihan istimewa.
Sejatinya, dalam era sepak bola modern, para pemain dengan naluri menyerang diharuskan bisa berkreasi di berbagai area. Itulah mengapa muncul juru gedor seperti Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, Neymar Junior, Paulo Dybala, dan lain-lain. Sebelum era Messi dkk, sederet legenda macam Fransesco Totti, Alessandro Del Piero, Rivaldo, Ronaldinho, juga memiliki kemampuan demikian.
Mereka bisa dipasang di sektor sayap, atau dimainkan sebagai penyerang lubang. Tak jarang para kreator tersebut mengisi pos false nine. Dari sejumlah nama di atas, hanya Ronaldo yang berganti posisi menjadi penyerang tengah secara konstan dalam usia senja.
Fenomena banyaknya pemain serba bisa di lini serang membuat pamor striker nomor sembilan sempat tenggelam. Tepatnya pada pertengahan 2000-an silam. Penikmat lapangan hijau jarang menikmati pertunjukkan sosok pembeda yang dianggap hanya statis menunggu di kotak penalti. Berjalannya waktu, Lewandowski, Benzema, hingga kini Haaland, mengubah pandangan tersebut.
Rupanya, sekitar dua dekade lalu, sudah muncul satu bomber yang sampai kapan pun akan tetap dihormati di panggung internasional. Dia adalah Miroslav Klose.
Bicara tentang Klose, tak terlepas dari perannya di tim nasional Jerman. Secara khusus di pentas Piala Dunia. Sosok kelahiran Polandia itu salah satu legenda hidup di kompetisi paling bergengsi antarnegara.
Ia konsisten tampil impresif sepanjang gelaran Piala Dunia yang diikutinya. Dimulai dari edisi 2002, 2006, 2010, 2014. Selama periode tersebut, ia mengoleksi 16 gol.
Klose tercatat sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa turnamen tersebut. Selebrasi salto yang sering ia lakukan, akan selalu diingat. Ia juga menjadi satu-satunya pemain yang selalu berada di podium dalam empat edisi Piala Dunia.
Pada 2002, ia membawa Jerman finis di posisi runner up. Saat itu Der Panzer dalam proses pembangunan kembali. Banyak wonderkid dimainkan di Korea Selatan-Jepang. Salah satunya Klose. Luar biasa ketika timnya melaju ke final. Die Mannschaft kalah 0-2 dari Brasil di partai puncak.
Berikutnya, pada 2006 dan 2010, Klose dkk finis di urutan ketiga. Puncaknya pada 2014 ketika Piala Dunia berlangsung di negeri Samba, Jerman menjadi juara. Setelah meraih trofi bergengsi itu, Klose memutuskan pensiun dari sepak bola internasional.
"Pekan lalu, Miro menyatakan keinginannya untuk mundur setelah berbicara dengan keluarganya. Saya langsung tahu, keputusannya tidak dapat diubah. Dia telah memberikan segalanya untuk Jerman, dan kami harus berterima kasih padanya," kata mantan pelatih Der Panzer, Joachim Loew, dikutip dari Football Italia pada Agustus 2014 lalu.
Klose mengakhiri petualangannya di timnas Jerman dengan sempurna. Ia bahkan berstatus pencetak gol terbanyak sepanjang masa Die Mannschaft. Selama membela negaranya dalam 137 pertandingan, ia menggetarkan jala lawan sebanyak 71 kali.
Itulah Miroslov Klose. Salah satu pemain tersukses dalam sejarah Piala Dunia. Kepiawaiannya saat berkreasi di kotak penalti lawan, sudah terbukti ampuh. Di level klub, ia nyaris meraih segalanya bersama Bayern Muenchen.
Pada pengujung kariernya, sosok bertinggi badan 184 cm itu berkostum Lazio. Setelah musim 2015/16, Klose akhirnya berhenti bermain sepak bola di level profesional.
"Keluarga saya tidak ingin berpindah-pindah lagi. Saya harus menghormati keinginan mereka," ujarnya, dikutip dari Bild.
Kini sang legenda masih aktif di dunia si kulit bundar. Tentunya dalam peran berbeda. Ia menjadi pelatih klub Austria, SC Rheindorf Altach.