Rabu 02 Nov 2022 00:19 WIB

inilah Strategi Sejumlah Brand Besar untuk Pangkas Emisi Karbon

Sejumlah brand besar yang memberikan perhatian terhadap netralitas karbon

Rep: arie lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Pengemudi kendaraan listrik GrabElectric menunggu calon pengguna di Jakarta, Selasa (12/7/2022). Dalam rangka mengurangi emisi karbon dan menghemat konsumsi bahan bakar minyak, pemerintah menargetkan 6 juta kendaraan listrik mengaspal di Indonesia hingga 2025.
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Pengemudi kendaraan listrik GrabElectric menunggu calon pengguna di Jakarta, Selasa (12/7/2022). Dalam rangka mengurangi emisi karbon dan menghemat konsumsi bahan bakar minyak, pemerintah menargetkan 6 juta kendaraan listrik mengaspal di Indonesia hingga 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, DETROIT--Carbon neutrality adalah salah satu hal yang jadi perhatian sejumlah brand otomotif. Selain menghadirkan kendaraan yang ramah lingkungan, banyak hal lain yang juga dilakukan untuk bisa memangkas emisi karbon secara signifikan.

Sejumlah brand besar yang memberikan perhatian terhadap netralitas karbon adalah General Motors (GM), Toyota dan Honda. Dikutip dari Manufacturing pada Selasa (1/11/2022), strategi yang dilakukan GM dalam menekan karbon adalah dengan memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT).

Baca Juga

EBT sendiri akan dijadikan sumber energi pada fasilitas produksi GM. Ditargetkan, seluruh pabrik GM di Amerika Serikat hanya akan menggunakan EBT pada 2025. Lewat strategi itu, pabrik GM bisa memangkas sekitar 1 juta metrik ton emisi karbon.

Sementara itu, Toyota juga memiliki komitmen yang sama lewat pabrik di beberapa negara termasuk Indonesia. Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Nandi Julyanto mengatakan, salah satu cara untuk mewujudkan Net-Zero Emission adalah dengan mendukung pertumbuhan ekosistem EBT.

"Carbon is our enemy. Karbon merupakan musuh kita bersama. Tanpa kolaborasi semua sektor, akan sangat sulit untuk menuwudkan target-target Net-Zero Emission. EBT merupakan bagian integral dan kunci keberhasilan menuju energi bersih dan ramah lingkungan sebagai alternatif pengganti sumber energi konvensional seperti bahan bakar fosil yang saat ini masih menjadi sumber energi utama," kata Nandi.

Selain terus melakukan upaya penekanan emisi baik dari aspek manufaktur hingga penyediaan produk yang ramah lingkungan, Toyota juga berinisiatif untuk mengajak generasi muda untuk ikut menyadari urgensi netralitas carbon yang diwujudkan lewat Toyota Eco Youth (TEY). Menurutnya, TEY bertujuan untuk menjembatani kontribusi nyata generasi muda Indonesia bagi masa depan netralitas karbon.

"Sejak dini, partisipasi aktif semua pihak terutama siswa di bangku sekolah menengah atas terus diakselerasi guna mendukung pemerintah mencapai target pengurangan emisi secara optimal di tahun 2060," ucapnya. Pada TEY Ke-12 kali ini, SMA Negeri Bali Mandara berhasil menjadi juara pertama yang memperoleh nilai tertinggi dari para juri. Tim ini ikut berkompetisi dengan mengusung tema Bioghum (Bio-briquettesFromSorghumWaste).

Ide ini sendiri hadir lewat pemanfaatan limbah tanaman sorgum (Sorghum bicolor L.) sebagai alternatif bahan bakar padat yang ramah lingkungan dengan konsep circular economy. Bioghum sendiri hadir sebagai pengganti arang. Inovasi ini dipilih karena arang merupakan salah satu komoditas yang kerap digunakan dalam sejumlah ritual keagamaan di Bali. Dengan adanya inovasi ini, diharapkan Bioghum bisa jadi alternatif yang lebih ramah lingkungan baik dari segi emisi maupun dari sisi daur ulang.

Selain GM dan Toyota, Honda juga ingin berperan dalam menakan karbon lewat pengembangan ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) dengan menghadirkan inftastruktur battery swap untuk memudahkan pengguna EV.

Berdasar keterangan pers kepada Republika.co.id pada Selasa (1/11), pengembangan itu dihadirkan dengan sebutan Honda Power Pack Exchanger yang jadi buah inovasi antara Honda Motor Co., Ltd. bersama dengan rekanan bisnisnya yaitu Gachaco Inc.

Kini, kedua perusahaan itu telah secara resmi memulai produksi serta menjual Honda Power Pack Exchanger e di Jepang untuk mendukung penggunaan Honda Mobile Power Pack e: (MPP e:). Perangkat ini juga nantinya akan dikembangkan sebagai infrastruktur baterai yang dapat digunakan secara luas untuk pasar domestik Jepang dan juga tidak menutup kemungkinan untuk diekspor ke berbagai negara.

Honda Power Pack Exchanger e sendiri menampilkan desain eksterior yang menyatu dengan baik untuk digunakan di kawasan perkotaan. Sedehananya, perangkat ini hadir mirip seperti sebuah baterai atau powerbank pada smartphone. Artinya, saat pengendara ingin mengganti baterai, pengendara itu cukup datang ke jaringan Honda Power Pack Exchanger untuk mengganti baterai dengan baterai yang telah diisi ulang dalam jaringan tersebut.

 

 

 

Eric Iskandarsjah Z

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement