REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sebagai tuan rumah Group of Twenty (G20) tahun ini, Indonesia memiliki peranan penting bagi terlaksananya forum berskala internasional itu. Sebelum digelar forum G20, terlebih dahulu diadakan konferensi Values 20 (V20).
Melalui undangan dari V20, mahasiswa Fakultas Agama Islam (FAI) jurusan Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Haziz Hidayat, berhasil terpilih menjadi salah satu delegasi dari kampus sebagai perwakilan Indonesia. Adapun konferensi V20 yang diikuti oleh perwakilan dari 20 negara ini dilaksanakan pada akhir Oktober lalu di Ubud, Bali.
Pria disapa Aziz ini menjelaskan, V20 merupakan komunitas global yang mendukung G20 dalam inisiasi, pembangunan, serta penguatan kembali nilai-nilai individu, institusi, nasional dan global. Aziz mengaku sangat senang bisa terpilih menjadi delegasi di konferensi V20.
Mahasiswa yang memang tertarik dengan isu-isu global itu mengatakan, ia dan delegasi dari negara lainnya banyak membahas terkait goals dan target Sustainable Development Goals (SDGs) 2030.
Menurutnya, pembahasan isu-isu terkait sangat menarik karena skalanya luas. Begitu oun dengan aspek pengkajian serta tujuan-tujuannya yang banyak. Hal ini dimulai dari sosial, ekonomi, lingkungan, hukum, dan lainnya.
"Mereka juga saling bantu untuk memberikan solusi atas permasalahan yang sedang dan akan terjadi," ujarnya.
Aziz sendiri mendapatkan projek di bidang lingkungan terkait penanggulangan sampah makanan. Dia memberikan solusi yakni dengan menggunakan sistem pirolisis yaitu sebuah cara yang bisa berdampak dalam penanggulangan sampah.
Sistem ini bahkan bisa menampung hampir 18 ton sampah yang kemudian diolah menjadi BBM, aspal, serta baja. Mahasiswa kelahiran 1999 itu mengaku sering ikut dan berkontribusi dalam banyak konferensi internasional.
Adapun sebelumnya, ia juga turut serta dalam Konferensi Sidang PBB pada 2020 lalu di Jakarta. Dari pengalaman yang ia dapatkan, Aziz bersama teman-temannya di kampus mulai membangun SDGs Center di UMM.
Beruntungnya, semua potensi yang dimiliki mahasiswa didukung penuh oleh Kampus Putih UMM. Sebab itu, ia dan teman-temannya tidak kesulitan dalam meningkatkan kualitas diri.
Ia juga menekankan, SDGs 2030 bukan tanggung jawab perorangan, pemerintah, ataupun kelompok tertentu. Namun semua orang memiliki tanggung jawab untuk mewujudkannya.
Maka itu, kerja sama antar lini sangat diperlukan. Sebagai perwakilan UMM dan Indonesia, Aziz mengatakan, banyak sekali pengalaman dan manfaat yang didapat lewat V20. Dia berharap solusi-solusi yang diberikan bisa ditindaklanjuti dan dikembangkan.
Hal ini setidaknya akan dia jalankan di lingkup kampus. Dia juga ingin mengajak mahasiswa lain untuk proaktif dengan isu-isu global yang ada. "Sehingga UMM juga mempunyai peran penting. Bukan hanya di level Indonesia tapi juga dunia,” tegasnya.