Kamis 03 Nov 2022 20:13 WIB

Eropa Tanggung Beban Perubahan Iklim Berat, Panasnya Meningkat Dua Kali Lipat

Cuaca panas di Eropa meningkat lebih cepat dibandingkan benua lainnya.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Nora Azizah
Seorang turis memeriksa ponselnya ketika yang lain mengambil foto Tower Bridge di tepi selatan sungai Thames, di London, Inggris.
Foto: AP/Manish Swarup
Seorang turis memeriksa ponselnya ketika yang lain mengambil foto Tower Bridge di tepi selatan sungai Thames, di London, Inggris.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Laporan baru oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menemukan benua Eropa menanggung beban perubahan iklim, pemanasan pada tingkat yang dua kali lebih cepat dari rata-rata global. Laporan tersebut menganalisis data selama 30 tahun dari tahun 1991 dan seterusnya, mengungkapkan tren pemanasan cepat yang membingungkan di seluruh Eropa yang lebih cepat daripada pemanasan yang dialami oleh benua lain mana pun.

Dilansir dari Space, Kamis (3/11/2022), suhu rata-rata di Eropa meningkat pada tingkat 0,5 derajat Celcius (0,9 derajat Fahrenheit) per dekade selama periode penelitian, mencapai rata-rata keseluruhan 2,2 derajat Celcius ( 4 derajat Fahrenheit) di atas tingkat pra-industri. Itu jauh di atas batas 1,5 derajat Celcius (2,7 derajat Fahrenheit) yang ditetapkan oleh komunitas klimatologi internasional dengan tujuan meminimalkan dampak lingkungan yang merusak dari perubahan iklim.

Baca Juga

Laporan, yang disusun bekerja sama dengan program pengamatan Bumi Eropa Copernicus, menyatakan bahwa orang Eropa sudah merasakan sejumput pemanasan ini. Menurut perkiraan, musim panas 2022 adalah yang terkering dalam 500 tahun, dengan kekurangan air yang meluas dan kebakaran hutan yang memengaruhi bahkan negara-negara yang biasanya terbiasa dengan musim panas yang lebih basah.

Gletser Alpen kehilangan ketebalan es sekitar seratus kaki (30 meter) dari tahun 1997 hingga 2021 sebagai akibat dari pemanasan, menurut laporan tersebut. Pada tahun 2021 saja, bencana terkait cuaca, sebagian besar terkait dengan banjir dan badai, menyebabkan kerusakan senilai 50 miliar dolar AS di seluruh negara Eropa.