REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pengembangan olah raga golf di kalangan anak muda gencar dilakukan para pegolf sebagai upaya regenerasi. Meski diakui olah raga golf memiliki stigma sebagai olah raga berduit, namun para penggiat olah raga golf terus berupaya agar olah raga ini dapat diterima masyarakat menengah.
Berbagai upaya gencar dilakukan dengan mendatangi sekolah menengah atas yang memiliki kegiatan ekstrakurikuler olah raga golf. Meski tidak banyak sekolah yang memfasilitasi kegiatan ekstrakurikuler tersebut, namun hal itu pertanda olah raga ini sudah mulai dikenalkan di bangku sekolah. "Tapi masih terkendala waktu sehingga perlu upaya lanjutan lagi," kata Wisnu Sanjaya Direktur PT Leonian Golf Indonesia, Kamis (3/11/2022).
Selain itu beragam turnamen golf juga terus dilakukan dengan melibatkan berbagai sponsor produk yang selama ini tidak terkait dengan olah raga golf. Hal ini sebagai upaya memperluas pangsa pasar penggemar olah raga tersebut. "Apalagi di Indonesia banyak sekali lapangan golf," katanya.
Pihaknya juga giat mengembangkan berbagai turnamen golf yang melibatkan banyak pihak. Bahkan sepanjang pandemi dua tahun lalu, tiga turnamen golf bertajuk Ecco Tournament 2022 dilakukan dan mendapat sambutan positif para pecinta golf. Meski sebagai penyelenggara, Wisnu mengaku tidak menarik keuntungan dan hanya memanfaatkan kesempatan ini untuk memasarkan beberapa produk terkait dengan olah raga golf seperti sepatu, stick golf atau perangkat lainnya.
Dalam kesempatan ini dirinya menawarkan brand Ecco sebagai sepatu terkemuka para pegolf. Produk asal Denmark yang ditawarkan seharga Rp 3,7 juta ini dikenal tahan air, dan sangat andal, nyaman saat digunakan. Biasanya para pegolf akan meluangkan waktu untuk mendatangi toko dan mencari perlengkapan golf yang mereka butuhkan.
Arief Hendrawan, Grup Head IT Jasa Raharja Putra juga tidak menampik stigma olah raga golf yang dilakukan kalangan menengah ke atas. Olah raga ini kerap dijadikan sarana menjalin lobi dan kemitraan dengan rekan bisnis.
Sebagai gambaran apabila melobi pebisnis di kantor akan sulit karena jadwal yang padat dan waktu yang terbatas. Namun, lain cerita bila bertemu rekan bisnis di lapangan golf. "Kita bisa ngobrol santai sampai 4 jam, suatu hal yang tidak mungkin dikerjakan di kantor," katanya.
Menurut Arief mahal tidaknya olah raga golf sangat relatif karena disesuaikan dengan kebutuhan. Dirinya juga tidak segan mengajak anaknya untuk diperkenalkan pada olah raga yang telah ditekuninya selama 11 tahun terakhir. "Melakukan olah raga ini mengenakan kaos biasa juga bisa, namun untuk melobi para pebisnis apakah dinilai sudah sesuai mengenakan pakaian seadanya," tanyanya.