REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pakar Farmasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof. Junaidi Khotib, SSi, Apt, MKes, PhD memberikan tip memilih obat yang aman untuk anak. Saat ini marak kasus gagal ginjal akut diduga dipicu oleh obat-obatan sirop.
"Setidaknya terdapat tiga hal yang harus diperhatikan," ujar Prof Junaidi Khotib dalam keterangan tertulisnya di Surabaya, Jumat (4/11/2022).
Dia mengimbau masyarakat untuk tetap mengikuti informasi dan sumber resmi dari pemerintah. Khususnya Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
"Masyarakat harus mengikuti informasi dan sumber resmi pemerintah, karena yang tahu dan berwenang dalam menentukan penundaan, atau penarikan obat mengandung etilen glikol dan dietilen glikol kan pemerintah. Terlebih lagi sekarang sudah ada daftar obat-obat yang ditarik, sehingga masyarakat bisa mengacu ke sana, Insya Allah aman," ujar dia.
Prof Junaidi mengimbau, masyarakat untuk tidak serta merta menelan mentah-mentah informasi terkait obat-obatan di media sosial. Sebab, media sosial kerap kali menjadi sumber informasi yang tidak benar (hoaks).
"Masalahnya, masyarakat sering ambil informasi di media sosial yang mana semua orang bisa memasukkan dan menyebarkan info di sana, sehingga masyarakat harus lebih bijak dalam memperoleh informasi dan sumber terkait obat-obatan itu tadi," kata dia.
Beralih sediaan obat
Prof Junaidi juga mengingatkan bahwa selain bentuk sirup, terdapat bentuk sediaan obat lain yang dapat dikonsumsi oleh anak-anak. Salah satu bentuk sediaan obat tersebut ialah puyer. Beralih bentuk sediaan obat, ujar Prof Junaidi, bisa menjadi salah satu opsi aman dalam memilih obat untuk anak.
"Kedua, tentu tidak satu-satunya sirop itu bentuk sediaan yang bisa diberikan pada anak. Ada bentuk sediaan lain, misalnya puyer, itu juga bisa digunakan," katanya.
"Meskipun mungkin rasanya pahit, tetapi ini bisa menjadi opsi di tengah maraknya kasus ini," kata dia.