Sabtu 05 Nov 2022 18:22 WIB

R20 Kunjungi Candi Hindu di Kampus Islam

Keberadaan Candi Kimpulan di kompleks UII memberikan pesan toleransi.

Penampakan Candi Kimpulan di dalam kompleks Perpustakaan UII Yogyakarta.
Foto: Uii.ac.id
Penampakan Candi Kimpulan di dalam kompleks Perpustakaan UII Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Para pemimpin agama dunia peserta Forum Agama G20 (R20) menyaksikan situs Candi Kimpulan,yang merupakan candi Hindu, di Kompleks Universitas Islam Indonesia (UII), Jalan Kaliurang, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (5/11/2022). Candi Hindu di dalam kompleks universitas Islam itu dinilai salah satu citra positif Islam Indonesia.

Dalam rombongan tersebut, tampak Syekh Abdurrahman al-Khayyat, ketua Liga Muslim Dunia untuk Asia Tenggara dan Australia, antusias mengamati setiap sudut situs Hindu di salah satu kampus Islam terbesar di Indonesia itu.

"Kegiatan di sini memang dirancang dengan sungguh-sungguh, secara serius, sebagai bagian dari cara R20 memberikan pengalaman kultural keagamaan kepada para delegasi," kata Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sekaligus Juru Bicara R20 Muhammad Najib Azca di sela-sela kunjungan di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut Najib, para tokoh agama dunia menyaksikan secara langsung bagaimana Candi Hindu, yang diperkirakan berdiri pada abad ke-9 itu, dirawat dengan baik di tengah-tengah komunitas muslim.

Mengutip laman resmi UII, Candi Kimpulan ditemukan secara tidak sengaja pada 11 Desember 2009 ketika dilakukan penggalian untuk fondasi proyek pembangunan perpustakaan UII.

Menariknya, menurut Najib, begitu ditemukan, situs tersebut tidak kemudian dihancurkan atau dirobohkan. Namun, desain bangunan perpustakaan justru dirancang menyesuaikan posisi candi.

"Diputuskan desain bangunan menyesuaikan. Jadi, bukannya memaksakan desain agar candi itu dirobohkan, dihancurkan, dihilangkan; tetapi sebaliknya, desainnya diubah sehingga menjadikan candi itu di tengah-tengah perpustakaan," tuturnya.

Dengan pelestarian candi tersebut, lanjutnya, para delegasi yang merupakan tokoh agama dari negara anggota G20 serta sejumlah negara lainnya mengetahui bagaimana cara hidup umat Islam di Indonesia yang penuh toleransi.

"Sangat menghargai perbedaan sehingga artefak di tengah kampus itu dimuliakan. Kami jadikan simbol bagaimana kebinekaan Indonesia itu betul-betul terjadi, ada manifestasinya, ada simbolisasi," jelasnya.

Najib mengatakan secara umum para peserta R20 memiliki keinginan serupa yakni ingin menyebarluaskan pesan toleransi dari eksistensi candi itu ke seluruh pemimpin agama di dunia.

Sementara itu, Rektor UII Fathul Wahid mengatakan sejak pertama berdiri, UII merupakan kampus yang terbuka untuk keragaman pemikiran, tidak hanya untuk pemikiran Islam.

"Kami terbuka bagi umat lain untuk bersekolah di UII karena UII milik bangsa; dan saya merasa senang ketika kawan-kawan non-muslim yang berkuliah di UII merasa senang, merasa terlindungi, merasa nyaman dan bisa mendesain masa depan bersama kami," kata Fathul Wahid.

Keberadaan Candi Kimpulan di kompleks UII, menurutnya, memberikan pesan bahwa seluruh umat beragama harus melindungi, bahkan menciptakan ruang berkembang untuk sesama.

"Dengan demikian, kesetaraan manusia bisa dijamin dan semuanya punya kesempatan untuk tumbuh dan berkembang," jelasnya.

R20 diketuai Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf dan Syekh Mohammad bin Abdulkarim Al-Issa. Usai melakukan pertemuan di Bali, rombongan peserta R20 melakukan kunjungan ke Jawa Tengah dan Yogyakarta selama tiga hari mulai Jumat (4/11) hingga Ahad (6/11).

Agenda delegasi R20 di Yogyakarta itu antara lain mengunjungi Keraton Yogyakarta, Candi Prambanan, Vihara Mendut, Candi Borobudur, UII, dan Pondok Pesantren Pandanaran. Dari 338 peserta yang hadir pada perhelatan R20 tersebut, 124 orang di antaranya berasal dari 32 negara.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement