REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jam makan malam ternyata secara signifikan mempengaruhi berapa banyak kalori yang terbakar di siang hari, nafsu makan, dan jaringan adiposa atau lemak di dalam tubuh seseorang. Hal tersebut diungkapkan dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti Harvard Medical School di Brigham and Women's Hospital.
Studi yang dipublikasikan di Cell Metabolism menemukan bahwa makan terlambat dapat menggandakan rasa lapar, dibandingkan dengan makan lebih awal. "Data yang terkumpul menunjukkan bahwa makan lebih awal dikaitkan dengan penurunan berat badan dan peningkatan keberhasilan penurunan berat badan," kata penulis senior Frank AJL Scheer dilansir dari Fox News, Senin (7/11/2022).
Scheer, yang juga seorang ahli saraf, mengatakan penelitian tersebut secara bersamaan melihat tiga mekanisme dalam tubuh yang dapat menjelaskan kenaikan berat badan yang terkait dengan makan terlambat. Para peneliti mengatakan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa makan terlambat dikaitkan dengan risiko obesitas yang lebih tinggi, dan kegagalan dalam menurunkan berat badan.
"Tiga mekanisme itu adalah pengaturan rasa lapar, berapa banyak kalori yang terbakar, dan perubahan dalam jaringan lemak," kata Scheer yang juga profesor kedokteran di Harvard Medical School dan direktur program kronobiologi medis di Brigham and Women's Hospital di Boston.
Para peneliti mengeksplorasi bagaimana waktu makan memengaruhi cara tubuh menyimpan lemak, dengan mengambil biopsi jaringan adiposa peserta selama pengujian laboratorium pada protokol makan awal dan akhir.
Mereka membandingkan perbedaan antara dua rutinitas makan. Ekspresi gen jaringan adiposa menunjukkan peningkatan adipogenesis (penyimpanan lemak) dan penurunan lipolisis (pemecahan lemak), yang berkontribusi pada pertumbuhan lemak.
Makan terlambat memiliki efek signifikan pada hormon tubuh, leptin dan ghrelin, yang mengontrol nafsu makan dan dorongan seseorang untuk makan. Peserta yang makan terlambat (di atas pukul tujuh malam), juga membakar kalori pada tingkat yang lebih lambat dibandingkan dengan makan lebih awal.
Para peneliti juga mengatakan makan terlambat memiliki efek signifikan pada hormon tubuh, leptin dan ghrelin, yang mengontrol nafsu makan dan dorongan seseorang untuk makan. Mereka mencatat bahwa leptin, yang memberi sinyal kenyang pada tubuh setelah makan, menurun selama 24 jam pada jadwal makan yang terlambat, dibandingkan dengan makan lebih awal.
"Studi ini menunjukkan dampak terlambat makan dibandingkan awal makan. Di sini, kami mengisolasi efek ini dengan mengontrol variabel pengganggu seperti asupan kalori, aktivitas fisik, tidur dan paparan cahaya," kata Scheer.
Dalam sebuah rilis berita, Scheer mengatakan perlunya studi dalam skala yang lebih besar, dengan melakukan kontrol ketat dari semua faktor. “Kita setidaknya harus mempertimbangkan bagaimana variabel perilaku dan lingkungan, mengubah jalur biologis yang mendasari risiko obesitas,” katanya.