Rabu 09 Nov 2022 03:37 WIB

Stroke Paling Sering Menyerang Usia di Atas 55 Tahun

Semakin ke sini jumlah penderita stroke terus mengalami peningkatan

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Gita Amanda
Stroke (ilustrasi). Berdasarkan penelitian, stroke paling sering terjadi pada usia di atas 55 tahun, dan risikonya meningkat dua kali lipat.
Foto: Pixabay
Stroke (ilustrasi). Berdasarkan penelitian, stroke paling sering terjadi pada usia di atas 55 tahun, dan risikonya meningkat dua kali lipat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Medical Executive PT Kalbe Farma Tbk, dokter Martinova Sari Panggabean mengatakan penyakit stroke paling sering menyerang usia di atas 55 tahun. Kendati demikian, penyakit ini bisa terjadi di semua usia.

"Berdasarkan penelitian, stroke paling sering terjadi pada usia di atas 55 tahun, dan risikonya meningkat dua kali lipat," ujarnya, Selasa (8/11/2022).

Tetapi, bukan berarti usia di bawah 55 tahun aman dari ancaman stroke, karena penyakit ini bisa terjadi pada semua usia, mulai usia 20-40 tahun. Bahkan, semakin ke sini, trennya mengalami peningkatan jumlah kasus.

"Sejak tahun 1996, semakin ke sini kayaknya orang-orang muda banyak yang terserang stroke, jadi tidak memandang usia tua baru bisa terkena stroke,” katanya.

Ia menjelaskan, darah sangat diperlukan untuk membawa nutrisi dan oksigen ke sel-sel otak. Kalau aliran darahnya tersumbat lama, maka tidak dapat suplai oksigen dan nutrisi. Nantinya, berisiko mengalami kematian jaringan atau sel-sel otak dan ini mengakibatkan timbulnya cacat permanen.

Sementara itu, dia melanjutkan, gejala stroke yang dialami setiap pasien bisa berbeda. Untuk mengetahui gejala dan tanda stroke ada sebuah slogan yang perlu  diingat yaitu 'SeGeRa Ke RS‘. Senyum tidak simetris (miring sebelah atau mencong), tersedak, sulit menelan air minum secara tiba-tiba. Gerak separuh anggota tubuh melemah tiba-tiba. 

Bicara pelo/tiba-tiba tidak dapat bicara/tidak jelas berbicara. Kebas atau kesemutan separuh tubuh. Rabun atau gangguan penglihatan. Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan tidak pernah dirasakan sebelumnya, gemetar, sempoyongan, pingsan, atau hilang kesadaran.

"Jadi, kalau kita seandainya melihat keluarga, teman, tetangga, atau siapa pun mengalami gejala atau tanda yang mengarah ke stroke, maka harus segera ditangani karena jika stroke semakin cepat ditangani maka semakin tinggi tingkat keberhasilan sembuhnya. Oleh karena itu, segera lah ke rumah sakit,” ujarnya.

Ia mengingtkan, gejala strok muncul secara tiba-tiba, namun faktor risikonya bisa saja sudah lama terjadi. Faktor risiko stroke ada yang tidak akan berubah walaupun telah menjalani pola hidup sehat, seperti usia, jenis kelamin, ras atau etnis, dan faktor genetik.

Selain usia di atas 55 tahun, pria juga lebih berisiko terkena stroke dibandingkan perempuan yang belum menopause, setelah menopause keduanya mempunyai risiko sebanding. Ras atau etnis berkulit hitam cenderung lebih berisiko mengalami stroke, serta faktor genetik yaitu adanya riwayat stroke dalam keluarga misalnya ayah, ibu, atau saudara kandung.

Pasien strok mengalami kesulitan menelan makanan, hingga mengalami penurunan status gizi. Padahal, nutrisi ini sangat penting untung mengoptimalkan fungsi obat maupun vitamin yang dikonsumsi pasien stroke. Salah satu produk nutrisi yang dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi pasien strok adalah Peptibren. Peptibren tinggi akan protein yang bisa membantu regenerasi sel-sel otak yang rusak akibat stroke.

“Peptibren nutrisi satu-satunya di Indonesia yang dilengkapi dengan zat spesifik untuk kesehatan otak dan saraf. Komposisinya, vitamin B kompleks yang tinggi, yang bersifat sebagai neurotransmitter dan dilengkapi dengan CPU (Choline, Phosphatidilserine, Uridine monofosfat) sebagai neuroprotector yang melindungi sel-sel saraf, dan neurorepair alias memperbaiki sel-sel saraf,” tutur Product Management Medikal Nutrience Kalbe, Airin Levina.

Airin memaparkan bahwa bentuk Peptibren seperti susu, tetapi bukan susu karena rendah laktosa. Nutrisi ini dapat dijadikan sebagai pengganti makanan, dengan adanya karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Meskipun kandungannya seperti makanan, idealnya berkonsultasi dahulu ke dokter gizi atau ahli gizi sebelum mengonsumsi Peptibren, supaya mengetahui takaran sesuai kebutuhan masing-masing pasien strok.

Di sisi lain, pasien strok diimbau untuk menjaga pola makan, seperti menghindari konsumsi makanan tinggi lemak jenuh atau kolesterol. Kemudian, mengonsumsi banyak sayuran dan  makanan tinggi protein.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement