Rabu 09 Nov 2022 10:01 WIB

Alasan Wuling Pilih Teknologi Hybrid Ketimbang PHEV untuk Almaz

Wuling saat ini memutuskan untuk memilih teknologi HEV.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Dwi Murdaningsih
Wuling resmi mulai meramaikan pasar kendaraan hybrid dengan meluncurkan Almaz Hybrid.
Foto: Republika/Erick Iskandar
Wuling resmi mulai meramaikan pasar kendaraan hybrid dengan meluncurkan Almaz Hybrid.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Dalam menghadirkan sebuah kendaraan ramah lingkungan, suatu pabrikan memiliki beberapa opsi teknologi yang bisa diterapkan. Beberapa teknologi itu diantaranya adalah hybrid electric vehicle (HEV) dan plug-in hybrid electric vehicle (PHEV).

Product Planning Wuling Motors, Danang Wiratmoko mengatakan, dalam mengembangkan produk Wuling Almaz, Wuling saat ini memutuskan untuk memilih teknologi HEV. Menurut dia, teknologi itu dinilai paling pas untuk diterapkan di Indonesia.

Baca Juga

"HEV lebih ringkas, praktis dan membuat harga mobil lebih murah dibandingkan jika menerapkan teknologi PHEV," kata Danang kepada Republika.co.id pada Selasa (8/11/2022).

Sebab, kendaraan PHEV tidak hanya memiliki perbedaan dari adanya soket pengisian baterai. Melainkan, ada sejumlah hal lain yang membuat PHEV jadi lebih rumit dan lebih mahal.

"Harga PHEV pasti lebih mahal karena perlu ada soket untuk pengisian baterai. Selain itu, PHEV harus menggunakan baterai yang lebih besar agar lebih efektif," ucapnya.

Dua hal itulah yang membuat PHEV pasti lebih mahal dibanding HEV. Terlebih, HEV merupakan kendaraan dengan teknologi elektrifikasi yang tidak bergantung pada fasilitas charging station. Atas pertimbangan sejumlah hal itulah, Wuling pun lebih memilih untuk memasarkan Almaz dalam format HEV.

Almaz Hybrid sendiri merupakan produk yang baru saja diluncurkan pekan lalu dan jadi produk hybrid pertama yang dipasarkan Wuling di Indonesia. Dalam peluncuran itu, Republika pun berkesempatan untuk mencoba impresi berkendara dari SUV yang dipasarkan seharga Rp 470 juta tersebut.

Dalam sesi first impression yang dilakukan di Jakarta International E-prix Circuit (JIEC), Ancol, Jakarta tersebut, Almaz Hybrid diajak untuk membuktikan handling, kesenyapan serta akselerasinya. Dari sejumlah aspek itu, hal yang paling menonjol adalah dari segi akeselerasi.

Mobil ini mampu menyajikan akselerasi yang lebih spontan dibandingkan Almaz non hybrid yang telah menerapkan turbo pada mesinya. Akselerasi dari Almaz Hybrid ini sendiri terasa lebih spontan karena didukung oleh mesin 2 liter berkemampuan 123 daya kuda dan torsi 168 Nm serta motor listrik berkemampuan 174 daya kuda dan torsi 320 Nm.

Untuk handling, mobil ini terbilang cukup akurat untuk sebuah SUV. Karena, saat dipaksa untuk bermanuver di sirkuit yang digunakan dalam Formula E tersebut, Almaz Hybrid terasa masih cukup mudah untuk dikendalikan.

Mungkin, hal ini juga bagian dari dampak adanya teknologi hybrid yang membuat mobil ini lebih berat 90 kilogram dibanding versi non hybird. Bisa jadi, tambahan bobot itu justru menambah kestablilan karena adanya centre of gravity yang terpusat di bagian bawah.


Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement