Kamis 10 Nov 2022 15:26 WIB

Wisata Sawah dan Subak, Warisan Budaya Asli Bali Selama Ribuan Tahun

Persawahan dengan subak diperkirakan sudah ada di Bali sejak 882 Masehi.

Red: Indira Rezkisari
Aliran air subak dengan pembatas yang terletak di dalam kawasan Hoshinoya Bali, Gianyar. Hotel yang terletak 20 menit dari Ubud ini mendesain bangunan dengan tidak mengganggu aliran subak yang ada di kawasan hotel.
Foto: Republika/Indira Rezkisari
Aliran air subak dengan pembatas yang terletak di dalam kawasan Hoshinoya Bali, Gianyar. Hotel yang terletak 20 menit dari Ubud ini mendesain bangunan dengan tidak mengganggu aliran subak yang ada di kawasan hotel.

REPUBLIKA.CO.ID, GIANYAR -- "Aaaahhh... Mangosteen," ujar seorang turis Jepang saat melihat pohon manggis. Saya sebenarnya tak beda dengan turis Jepang itu. Saya juga belum pernah melihat pohon manggis secara langsung.

Bagi orang kota atau orang asing berjalan-jalan di sekitar kampung dan melihat pohon manggis, pohon durian, pohon kakao, pohon nangka, atau pohon alpukat tumbuh liar adalah hal langka. Sama langkanya seperti bisa menikmati berjalan-jalan di area persawahan.

Baca Juga

Bagi turis Jepang sebenarnya menanam padi bukan hal aneh. Sebagai bangsa yang sama-sama menjadikan nasi dengan konsumsi pokok utamanya, sawah adalah hal biasa buat orang Jepang.

Sawah di Bali namun tidak sama. Karena di Bali sawah masuk dalam organisasi subak, atau tata kelola pengairan sawah. Hanya di Bali sistem pengairan sawahnya diatur sedemikian rupa dengan praktik adat yang sudah dijalankan secara turun temurun.