Selasa 15 Nov 2022 19:34 WIB

Studi: Operasi Bariatrik Bisa Tekan Risiko Penyakit Jantung dan Stroke

Operasi bariatrik biasa dilakukan untuk bantu turunkan berat badan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Operasi bariatrik biasa dilakukan untuk bantu turunkan berat badan.
Foto: Pixabay
Operasi bariatrik biasa dilakukan untuk bantu turunkan berat badan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi menemukan bahwa individu yang menerima operasi bariatrik lebih kecil kemungkinannya mengalami kejadian kardiovaskular di tahun mendatang. Ini merujuk pada studi Rutgers terhadap orang obesitas dengan penyakit hati berlemak non-alkohol (NAFLD) dan obesitas yang tidak wajar (indeks massa tubuh lebih dari 40).

Temuan ini dipublikasikan di JAMA Network Open, tim Rutgers, bersama dengan kolaborator dari Ohio State University, melaporkan bahwa pasien obesitas yang menjalani operasi bariatrik hampir 50 persen lebih kecil kemungkinan mengalami kejadian kardiovaskular yang merugikan seperti serangan jantung dan stroke. Operasi bariatrik sendiri merupakan pembedahan yang dilakukan untuk membantu menurunkan berat badan.

Baca Juga

“Temuan ini memberikan bukti yang mendukung operasi bariatrik sebagai alat terapi yang efektif untuk menurunkan risiko tinggi penyakit kardiovaskular bagi individu tertentu dengan obesitas dan NAFLD,” kata Vinod K Rustgi sebagai director of the Center for Liver Diseases and Liver Masses Rutgers seperti dilansir dari Times Now News, Selasa (15/11/2022).

Penyakit jantung adalah penyebab utama kematian pria dan wanita di seluruh kelompok ras dan etnis di Amerika Serikat. Sekitar 697 ribu orang di negara itu meninggal karena penyakit jantung pada tahun 2020, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).

NAFLD, dan bentuk yang lebih lanjut yang dikenal sebagai NASH, adalah penyebab penyakit hati yang bahkan bisa mempengaruhi orang yang tidak suka minum alkohol. Kondisi ini terjadi karena terlalu banyak lemak yang disimpan di sel hati, memicu peradangan, lebih sering terjadi pada orang dengan obesitas dan diabetes tipe 2.

Dalam studi tersebut, para peneliti menganalisis data dari database asuransi kesehatan MarketScan Commercial Claims and Encounters dari 2007 hingga 2017. Dari 230 juta individu yang tercakup, 86.964 orang dewasa berusia antara 18 dan 64 tahun yang mengalami obesitas dan teridentifikasi NAFLD. Dari jumlah tersebut, 68 persen kelompok studi adalah perempuan, 35 persen menjalani operasi bariatrik dan 65 persen menerima perawatan non-bedah.

Pasien bedah bariatrik mengalami penurunan 49 persen dalam risiko perkembangan kejadian kardiovaskular utama seperti serangan jantung, gagal jantung, atau stroke iskemik. Mereka juga jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami angina, peristiwa aterosklerotik, atau pembekuan darah arteri.

“Hubungan antara operasi bariatrik dan pengurangan risiko penyakit kardiovaskular belum pernah dipelajari hingga tingkat detail ini sebelumnya,” kata Vinod K Rustgi.

Ada semakin banyak bukti bahwa operasi bariatrik, karena penurunan berat badan yang ditimbulkannya pada pasien, menawarkan manfaat kesehatan yang pasti. Sebuah studi yang dilakukan oleh Rustgi dan rekannya, yang diterbitkan dalam jurnal Gastroenterology pada Maret 2021, menunjukkan bahwa operasi bariatrik juga dapat secara signifikan mengurangi risiko kanker, terutama kanker terkait obesitas, pada individu obesitas dengan NAFLD. Kanker yang dimaksud termasuk kanker kolorektal, pankreas, endometrium, tiroid, multiple myeloma, dan karsinoma hepatoseluler.

"Meskipun operasi bariatrik adalah pendekatan yang lebih agresif daripada modifikasi gaya hidup, ini mungkin terkait dengan manfaat lain, seperti peningkatan kualitas hidup dan penurunan beban perawatan kesehatan jangka panjang," kata Rustgi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement