REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, mengatakan, guru amat berpengaruh dalam revolusi pendidikan. Menurutnya, apa yang dilakukan oleh para pemangku kepentingan di program-program penggerak merupakan persiapan untuk menghadapi revolusi pendidikan tersebut.
"Guru yang baik adalah guru yang terus belajar, banyak bertanya, banyak mencoba, dan banyak berkarya," ujar Nadiem.
Nadiem juga menjelaskan, guru dan kepala sekolah harus berani mengambil risiko. Hal tersebut ia katakan penting untuk dilakukan demi kemajuan pendidikan agar para siswa juga dapat lebih berkreasi dan berinovasi.
Nadiem kemudian menyampaikan apresiasinya kepada seluruh pemangku kepentingan program-program penggerak. Di antaranya, yakni para mitra Program Organisasi Penggerak (POP), khususnya Ikatan Guru Indonesia (IGI), Kepala Sekolah Sekolah Pengerak, Guru Penggerak, Pengajar Praktik, dan Fasilitator Pogram Guru Penggerak.
"Luar biasa saya melihat animo dari gerakan kita bersama ini. Gerakan ini, obornya akan diangkat oleh bapak dan ibu ini. Ujung transformasi ada di bapak dan ibu masing-masing," kata Nadiem.
Pada kesempatan yang sama, para guru dan kepala sekolah penggerak juga menyampaikan apresiasinya terhadap program-program penggerak yang sudah berjalan sejak tahun 2020 tersebut.
Kepala SMA Negeri III Kota Padang, Ifna Sukni, menyebut program guru penggerak yang berkolaborasi dengan program kepala sekolah penggerak dan sekolah penggerak dapat menciptakan pendidikan yang lebih maju ke depan dengan mengembangkan potensi siswa.
“Melalui program-program penggerak ini, kita dapat mengetahui karakteristik siswa dengan potensi, minat, dan bakatnya yang beragam sehingga kita berharap potensi siswa dapat dikembangkan menjadi lebih baik lagi,” jelas Ifna.
Tri Susilawati, alumni Guru Penggerak Angkatan I menyatakan, melalui program guru penggerak, guru-guru dapat mengubah paradigma pendidikan dengan mengangkat derajat anak dan menjadi pemimpin pembelajaran untuk membentuk karakter anak sesuai profil pelajar pancasila.
“Di sini kita diubah untuk dapat membentuk karakter yang lebih baik dimulai dari diri sendiri kemudian dikembangkan dan juga menjadi pribadi yang mengayomi anak sehingga anak didik bisa lebih dekat ke kita,” ujar dia.