REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini, Pusat Pengendali Penyakit Menular Amerika Serikat (CDC) sedang memantau laju perkembangan varian baru SARS-Cov-2, BN.1. Menurut data dari CDC, turunan terbaru dari varian Omicron ini sudah mulai menyebar luas di berbagai wilayah Amerika Serikat.
Kemunculan varian baru SARS-CoV-2 ini sejalan dengan kembali meningkatnya kasus Covid-19 yang membutuhkan perawatan di rumah sakit. Padahal, tren kasus Covid-19 yang membutuhkan perawatan rumah sakit sempat menurun sejak September 2022. Peningkatan kasus ini mulai tampak meningkat dalam beberapa pekan ke belakang.
Pejabat CDC memprediksi bahwa kasus Covid-19 akibat BN.1 akan meningkat dua kali lipat setiap dua pekan. Peningkatan ini akan ditemukan di berbagai wilayah Amerika Serikat. Akan tetapi, masih ada ketidakpastian dalam estimasi awal ini.
Tim peneliti pertama kali menemukan varian BN.1 pada September. Menurut tim peneliti, beberapa strain BN.1 memiliki mutasi yang memungkinkan virus untuk menghindari imunitas dengan sangat baik. Hal ini diketahui oleh tim peneliti setelah membuat prediksi menggunakan perangkat dari Bloom Lab di Fred Hutchinson Cancer Center.
Tim peneliti juga menemukan bahwa semua strain BN.1 memiliki perubahan yang dikenal sebagai subtitusi R346T. Perubahan ini cukup banyak ditemukan pada berbagai varian virus SARS-CoV-2 yang beredar. Menurut tim peneliti, mutasi yang terjadi pada spike protein ini bisa menurunkan efektivitas obat Covid-19 pada pasien dengan sistem imun yang lemah.
Selain BN.1, dunia saat ini sedang berhadapan dengan beberapa varian SARS-CoV-2 baru lainnya, seperti BQ.1, BQ.1.1, dan XBB. Kehadiran varian-varian baru ini mulai melampaui varian BA.5 yang sebelumnya mendominasi kasus Covid-19.
Saat ini, varian baru yang paling menyebar luas adalah BQ.1 dan BQ.1.1. Di Amerika Serikat, CDC mengatakan hampir setengah kasus Covid-19 baru disebabkan oleh salah satu dari dua varian baru tersebut.
"Estimasi terbaik kami adalah (kasus Covid-19 akibat kedua varian baru) berlipat ganda setiap 10 hari. Dengan perhitungan ini, BQ.1.1 kemungkinan akan menjadi dominan dalam beberapa bulan mendatang," ujar Dr Ashish Jha, seperti dilansir CBS News.
XBB juga menjadi varian baru di Amerika Serikat yang terus dipantau oleh CDC. Sejauh ini, CDC mengatakan hanya kurang dari 1 persen kasus Covid-19 baru yang disebabkan oleh varian XBB.