Ahad 20 Nov 2022 23:00 WIB

Ahli: Penyakit Jantung Masih Jadi Penyebab Kematian Terbanyak

Penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian terbanyak karena tingginya kasus.

penyakit jantung (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com.
penyakit jantung (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Spesialis jantung Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil Padang dr Muhammad Riendra SpBTKV Subsp,VE(K) mengemukakan, penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian terbanyak karena tingginya kasus yang terjadi.

"Setiap hari tak kurang dari 150 orang yang berobat jantung di RSUP M Djamil, pencegahannya tentu kembali ke pola makan gizi seimbang," kata dia di Padang, Ahad (20/11/2022)

Baca Juga

Ia mengakui di Sumatera Barat sulit mengubah kebiasaan pola makan menjadi gizi seimbang apalagi dalam waktu singkat.

"Sebagai contoh nasi memiliki kadar gula yang tinggi dan jika berlebih akan disimpan dalam bentuk lemak di tubuh yang kemudian berisiko menyebabkan penyempitan pembuluh darah," katanya.

Belum lagi ia melihat kebiasaan makan warga Sumbar yang penuh dengan berbagai makanan seperti gulai gajebo dari daging sapi yang semuanya terdiri dari lemak .

"Kalau santan masih bisa ditoleransi, kalau olahan dari hewan yang lebih berbahaya," ujarnya yang merupakan Ketua IDI Cabang Padang.

Riendra menceritakan pengalaman saat mengikuti pendidikan di RS Harapan Kita Jakarta menemukan pasien banyak warga Padang. "Kalau pun bukan orang Padang biasanya berdarah Padang, bisa jadi pasien dari Kalimantan tapi setelah ditanya ternyata kampungnya di Padang," kata dia.

"Artinya tidak bisa dipungkiri pola makan berpengaruh terhadap kesehatan jantung dan mungkin di Kalimantan tidak ada makanan khas Padang tapi bisa saja dikirim dari kampung halaman," lanjutnya.

Ia menekankan penerapan gizi seimbang tidak hanya dominan makan nasi namun memvariasikan protein. Dari sisi usia, ia menemukan mereka yang terserang penyakit jantung dulu rata-rata berusia di atas 40 tahun namun saat ini di bawah 40 tahun sudah banyak pasien bypas koroner.

"Untuk status ekonomi mayoritas mereka yang berstatus menengah ke atas," kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement