Senin 21 Nov 2022 23:25 WIB

Cara Belajar Programming dan Coding tanpa Komputer

Tidak semua anak memiliki komputer.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Dwi Murdaningsih
Kemampuan membuat coding
Foto: Littlestepasia
Kemampuan membuat coding

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Programming dan coding adalah hal teknis yang biasa dilakukan dalam pengembangan teknologi dan informasi. Hewlett-Packard (HP) pun mencara cara untuk bisa mengajarkan teknik tersebut dengan cara yang lebih sederhana.

Direktur Print Category HP Asia Tenggara dan Head of Print Category HP Indonesia, Michele Huang mengatakan, hal itu diwujudkan lewat program yang disebut dengan HP Street Code. Metode pelatihan ini pun disebut sebagai metode hybrid karena memadukan berbagai disiplin ilmu untuk melatih beragam kemampuan seoarang anak.

Baca Juga

Pada prinsipnya, program ini mengajarkan sejumlah hal mulai dari kreativitas, ingatan, kolaborasi, dan pemikiran logis. Lebih jauh, program ini juga mengantarkan anak-anak untuk lebih mengenal seluk beluk coding dan bahasa pemrograman.

Consumer Market Development Manager HP Indonesia, Aditya Suryadinaga mengatakan, cara pembelajaran ini adalah cara pembelajaran yang cukup mudah, murah dan menyenangkan. Karena, anak jalanan seakan diajak untuk bermain sambil membuat suatu karya sekaligus mendapat ilmu soal basic coding dan algoritme.

Ia meyakini, cara yang dilakukan dalam waktu sekitar satu bulan ini bisa jadi acuan untuk mengajarkan ilmu tersebut ke seluruh anak. "Jika ilmu ini harus diajarkan menggunakan komputer, tentu tak semua anak akan memiliki akses tersebut karena membutuhkan perangkat yang mahal," kata Aditya kepada Republika.co.id beberapa waktu lalu.

Langkah awal dari pembelajaran yang digelar bersama Yayasan Kumala ini sendiri bermula dari sejumlah gambar yang kemudian dicetak dalam kerta A4. Kemudian, tiap-tiap anak ditantang untuk berkolaborasi untuk membuat gambar itu bisa jadi sebuah animasi yang bergerak.

Setiap gerakan dalam gambar itu dilakukan lewat kode-kode spesifik sehingga gambar statis dua dimensi itu bisa jadi sebuah animasi yang lebih hidup. Di situlah kemampuan kreativitas, ingatan, kolaborasi, dan pemikiran logis itu diperlukan.

Ketua Yayasan Kumala, Abah Dindin mengatakan, para anak didik yang terlibat dalam program ini terlihat sangat antusias selama mengikuti program ini.

"Kami tidak sabar untuk melihat bagaimana program ini dapat dikembangkan untuk anak-anak Indonesia lain. Belajar coding menggunakan medium cetak menunjukkan bagaimana kita bisa membuat pembelajaran lebih mudah diakses di era digital seperti sekarang,” kata Abah Dindin.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement