Rabu 23 Nov 2022 12:25 WIB

Ini Penyebab Seringnya Kebocoran Data di Indonesia

Kebocoran data masih menjadi salah satu isu utama di tengah transfornasi digital.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/Setyanavidita Livikacansera/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi data pribadi
Foto: Pikist
Ilustrasi data pribadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebocoran data saat ini masih menjadi salah satu isu utama di tengah gelombang transformasi digital. Tak hanya bicara di tingkat pemerintahan, yang menyasar data masyarakat, kebocoran data juga bisa sangat berdampak terhadap kelangsungan organisasi atau perusahaan.

CEO Equnix Business Solutions PT Julyanto Sutandang menjelaskan, penyebab kebocoran data yang paling ditakutkan dan dikhawatirkan oleh perusahaan adalah internal fraud. "Jadi, yang paling dapat menyebabkan kerusakan besar di sebuah perusahaan adalah kerusakan dari dalam," ujar Julyanto dalam acara Equnix Weekly Techtalk 2022, yang digelar secara daring.

Baca Juga

Menurut dia, penyebab utama internal fraud mengacu pada dua hal, yakni faktor aturan dan manusia. Menurut Julyanto, ada aturan yang mungkin tidak menyenangkan di kalangan karyawan, sehingga seseorang menjadi tidak mempunyai rasa memiliki terhadap sistem yang coba dibangun perusahaan.

Bisa juga, aturan yang ada di perusahaan sudah memadai, tetapi mungkin edukasi yang dilakukan kurang baik. "Contohnya, karyawannya mungkin tidak memiliki rasa memiliki yang baik terhadap perusahaan sehingga dia mengambil data dengan semena-mena. Tapi, bisa juga karena tidak ada security juga," kata Julyanto.

Selain administrator yang memiliki niat buruk, kebocoran data bisa juga disebabkan oleh vendor pihak ketiga yang tidak tepat. Kemudian ada pula faktor unauthorized access. Faktor unauthorized access ini dimungkinkan dengan adanya social engineering ataupun ada akses hak istimewa yang disalahgunakan.

Social engineering atau rekayasa sosial adalah teknik manipulasi yang memanfaat kan kesalahan manusia untuk mendapat kan akses pada informasi pribadi atau data-data berharga. Dalam dunia cyber crime, jenis penipuan ini dapat memikat pengguna karena tidak menimbul kan rasa curiga.

Pengguna pun dapat dengan mudah mengungkapkan data, menyebarkan in feksi malware, dan kemudian memberikan akses ke sistem yang terjaga. Julyanto menjelaskan, penerapan good corporate governance sangat berdampak signifikan dalam meminimalkan potensi kebocoran data internal.

Menurut dia, dalam upaya menjaga ke amanan data perusahaan, bukan hanya teknologi yang penting, tapi juga penerapan standar operasi yang memadai, literasi manusia yang menjaga keamanan data, tak bisa dikesampingkan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement