Kamis 24 Nov 2022 05:50 WIB

Mengenal Demensia, Penyakit yang tak Hanya Diakibatkan Pertambahan Usia

Demensia selain karena pertambahan usia juga bisa dipicu jarang berolahraga

Demensia (ilustrasi). demensia atau pikun sebenarnya menggambarkan serangkaian gejala, yaitu kehilangan memori, kesulitan berpikir dan pemecahan masalah bahkan bahasa. Demensia terjadi ketika otak mengalami penurunan kondisi karena penyakit, seperti Alzheimer, serangan stroke dan trauma kepala.
Foto: Piqsels
Demensia (ilustrasi). demensia atau pikun sebenarnya menggambarkan serangkaian gejala, yaitu kehilangan memori, kesulitan berpikir dan pemecahan masalah bahkan bahasa. Demensia terjadi ketika otak mengalami penurunan kondisi karena penyakit, seperti Alzheimer, serangan stroke dan trauma kepala.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kata demensia atau pikun sebenarnya menggambarkan serangkaian gejala, yaitu kehilangan memori, kesulitan berpikir dan pemecahan masalah bahkan bahasa. Demensia terjadi ketika otak mengalami penurunan kondisi karena penyakit, seperti Alzheimer, serangan stroke dan trauma kepala. 

"Secara detail, demensia merupakan kondisi penurunan fungsi otak seperti hilangnya memori dan kemampuan menilai atau juga daya ingat, pola berpikir dan akan menggangu kemandirian aktifitas penderita. Dari banyak tipe Demensia, data menunjukkan yang sering ditemukan adalah Alzheimer yang akan berhubungan dengan perubahan genetik dan protein di otak. Ada juga tipe lain seperti Demensia Vaskular yang diakibatkan gangguan pada pembuluh darah otak", tutur dr Lothar Matheus M. V Silalahi M.Sc, Sp.N , Dokter spesialis neurologi di Siloam Hospital Yogyakarta.

Demensia sendiri sebenarnya memiliki beberapa pemicu, ungkap dr Lothar, yaitu karena pertambahan usia, genetik keluarga, pola makan tidak sehat, jarang berolahraga, dan dapat juga karena merokok dan kecanduan alkohol. Kondisi ini makin berat bila ditambah depresi, down syndrom, sleep apnea, hipertensi, obesitas maupun diabetes.

Ditambahkan dokter Lothar Matheus, gejala utama penderita demensia adalah penurunan memori dan perubahan pola pikir yang tampak pada perilaku dan cara bicara, dan cenderung memburuk seiring waktu.

Penanganan Demensia

Screening dan deteksi dini menjadi penting, karena tindakan medis ataupun pengobatan medis modern belum dapat menjamin kesembuhan atau kembali normal pada penderita demensia. Apabila sudah ditahapan tertentu, penanganan akan dioptimalkan agar tidak memburuk atau ke tingkat keparahan selanjutnya dengan tujuan penderita dapat beradaptasi dengan kondisinya dengan kualitas hidup yang maksimal.

Pemeriksaan saraf, mental dan yang dikenal dengan tes fungsi luhur akan mengawali tindakan diagnosa dan dilanjutkan pemindaian otak, CT scan, MRI atau PET scan dan tindakan pendukung lainnya. Beberapa terapi khusus dan penting adanya dukungan keluarga dan support lingkungan."Diibaratkan sebuah rumah itulah dimensia dan salah satu ruangan di dalamnya adalah alzheimer. Dapat diartikan alzheimer adalah  salah satu tipe demensia paling umum", ungkap dr. Lothar Matheus M. V Silalahi M.Sc, Sp.N.

Secara berkelanjutan, konsultasi merupakan langkah tepat guna memantau perkembangan dengan penangangan yang ideal. Termasuk menjalankan pola hidup sehat, berolahraga rutin, asupan nutrisi cukup sekaligus melatih otak secara berkala. Termasuk mengelola penyakit penyerta seperti diabetes, kolesterol, hipertensi yang merupakan hal yang dapat dilakukan dalam mencegah keluhan penyakit Demensia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement