REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seseorang sering memilah konsumsi makanan tertentu supaya tidak memengaruhi kesehatan jantung, lingkar pinggang, atau berdampak buruk pada lingkungan. Akan tetapi, perlu diingat pula bahwa makanan yang dipilih bisa berimbas pada otak.
Psikiater nutrisi Uma Naidoo menyarankan untuk memperbanyak asupan buah, sayuran, hidangan laut, kacang-kacangan, buncis, dan biji-bijian, yang semuanya meningkatkan kesehatan otak. Sebaliknya, ada pula sejumlah makanan yang sebaiknya dihindari.
Pakar otak dan staf pengajar dri Harvard Medical School itu membagikan lima jenis makanan yang harus dihindari jika ingin menjaga daya ingat dan fokus tetap tajam. Jika sulit untuk sepenuhnya menghilangkan itu dari menu, moderasi alias makan secukupnya adalah kuncinya.
1. Makanan yang dibuat dengan minyak biji-bijian olahan
Naidoo menjelaskan, minyak biji-bijian olahan sering diekstraksi dari kedelai, jagung, kanola, biji kapas, biji bunga matahari, dan sumber lainnya. Itu semua mengandung banyak asam lemak omega-6. Kelebihan konsumsi omega-6 dapat berdampak buruk bagi tubuh.
Efeknya, tubuh memproduksi bahan kimia yang dapat menyebabkan peradangan pada otak. Direktur psikiatri gizi dan gaya hidup di Rumah Sakit Umum Massachusetts itu menyarankan mengolah hidangan menggunakan minyak zaitun, minyak kelapa, atau minyak alpukat.
2. Makanan dengan gula tambahan dan gula rafinasi
Otak menggunakan energi dalam bentuk glukosa (sejenis gula) untuk memicu aktivitas seluler. Akan tetapi, pola makan tinggi gula bisa menyebabkan kelebihan glukosa di otak. Akibatnya adalah gangguan memori karena berkurangnya plastisitas hippocampus.
Jangan lupa bahwa banyak jenis makanan gurih juga mengandung gula tambahan, seperti saus pasta yang dibeli di toko, saus tomat, saus salad, dan bahkan sup kalengan. Sebagai gantinya, olah hidangan memakai saus buatan sendiri yang dibuat dari makanan utuh.
3. Makanan olahan
Pola makan tinggi makanan ultraproses dapat memicu risiko telomere ("tutup" DNA) yang lebih pendek. Telomere yang lebih panjang cenderung meningkatkan kans penuaan sel secara sehat. Memperpendek telomere artinya berisiko mengidap penyakit degeneratif.
Sebuah studi tahun 2022 juga menemukan bahwa peserta yang mengonsumsi makanan ultraproses dalam jumlah tinggi lebih mungkin mengalami depresi ringan. Itu jika dibandingkan dengan orang yang mengonsumsi lebih sedikit makanan olahan.
4. Makanan dengan pemanis buatan
Pemanis buatan yang tidak memiliki nilai gizi dapat meningkatkan bakteri usus “jahat” yang dapat berdampak negatif pada suasana hati. Jenis pemanis yang dimaksud termasuk sakarin, sukralosa, dan stevia. Aspartam pun dikaitkan dengan gangguan kecemasan.
5. Makanan yang digoreng
Konsumsi berkelanjutan makanan yang digoreng dapat merusak otak. Sebuah studi terhadap lebih dari 18 ribu orang menemukan bahwa diet tinggi gorengan dikaitkan dengan skor memori dan kognisi yang lebih rendah.
"Sebagai alternatif, saya sarankan memilih versi makanan favorit Anda yang dipanggang, diolah dengan air-fryer, atau dikukus," kata Naidoo yang menulis buku This Is Your Brain on Food, dikutip dari laman CNBC, Selasa (6/12/2022).