REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Binge-eating disorder adalah gangguan makan yang cukup serius dan memengaruhi sekitar 0,6-2,3 persen dari seluruh orang di dunia. Beberapa bukti menunjukkan bahwa kasusnya terus meningkat, namun banyak orang tidak menyadari kondisi itu.
Pengidap binge-eating disorder sering makan dalam jumlah yang sangat banyak dan sulit menahan dorongan untuk makan. Hal yang membedakan gangguan ini dari makan berlebihan sesekali atau periode makan emosional adalah adanya perasaan tidak terkendali.
Beberapa tanda lain dari gangguan binge-eating disorder meliputi terus makan sampai merasa tidak nyaman, makan makanan dalam jumlah besar saat tidak lapar, serta makan dengan cepat. Tanda lain yakni perasaan jijik, mood rendah, dan rasa bersalah usai makan.
Sangat penting untuk mengetahuinya lebih awal, karena binge-eating disorder dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti obesitas, diabetes tipe dua, dan kolesterol tinggi. Masalah kesehatan mental lainnya juga umum terjadi, termasuk depresi dan gangguan kecemasan. Bahkan, sekitar seperempat orang dengan gangguan ini pernah mencoba bunuh diri.
Kabar baiknya, kondisi ini bisa diobati. Kebanyakan orang akan direkomendasikan untuk menjalani perawatan psikologis, seperti terapi kognitif, yang dapat membantu pasien memahami faktor-faktor yang memicu gangguan makan dan membantu mempelajari kebiasaan makan yang lebih sehat.
Profesor madya dalam bidang psikologi klinis di University of Reading, Inggris, Paul Jenkins, menjelaskan bahwa perawatan psikologis efektif dalam membantu orang berhenti makan berlebihan. Begitu juga untuk memperbaiki gejala kondisi kesehatan mental lain yang mungkin diidap.
"Perawatan obat seperti antidepresan memang terbukti bermanfaat dalam mengurangi binge-eating, namun juga membawa risiko efek samping seperti sakit kepala, insomnia, mual, dan kelelahan. Rata-rata kurang efektif dibanding terapi psikologis," kata Jenkins, dikutip dari laman Science Alert.
Sumber: