Oleh : Israr Itah, Jurnalis Republika.co.id
REPUBLIKA.CO.ID, Katanya, petir tidak menyambar dua kali di tempat yang sama. Penelitian NASA belakangan membuktikan, mitos yang sudah jadi kepercayaan sejak zaman dahulu kala, dan dijadikan ujar-ujaran, ini keliru. Petir bahkan bisa menghantam di tempat yang sama sampai tiga kali.
Pada Piala Dunia 2022, petir itu bisa diibaratkan timnas Jepang. Stadion Internasional Khalifa tempat Samurai Biru menyambar dua lawannya yang lebih diunggulkan. Jerman dan Spanyol jadi korban energi para Samurai Biru yang seolah tak paham arti kata lelah.
Saat pelatih Jepang Hajime Moriyasu mengumumkan skuadnya jelang berangkat ke Qatar, ia mengungkapkan targetnya yang ketika itu mungkin terdengar bombastis dan terlalu pede. "Kami ingin minimal menembus perempat final," kata dia.
Moriyasu mengaku paham timnya berada di grup berat dengan dua juara dunia bercokol di sana. Namun ia percaya ada kelemahan lawan yang bisa dieksploitasi.
Ketika Jepang menaklukkan Jerman pada Rabu (23/11/2022) lalu, semua terbelalak. Sulit membayangkan Jepang bisa membuat tim kuat Eropa sekelas Jerman yang punya cap sebagai spesialis turnamen bertekuk lutut. Nyatanya, dua gol dari Ritsu Doan dan Takuma Asano membekuk Die Mannschaft 2-1 pada laga pembuka Grup E.
Mereka yang sejak awal tak menganggap Jepang ancaman seolah mendapatkan legitimasinya ketika Samurai Biru takluk 0-1 dari Kosta Rika pada laga kedua. Padahal, Kosta Rika sebelumnya dipermak Spanyol 0-7. Jepang menang beruntung mengemuka. Tak ada yang berani menjagokan Jepang bisa lolos dari sergapan Spanyol, yang tampil apik dalam dua laga awal.
Nyatanya, di tempat yang sama, Stadion Internasional Khalifa, Jepang menjungkirbalikkan semua prediksi itu. Setelah sempat inferior pada babak pertama, Samurai Biru seolah menjelma menjadi kekuatan tim berbeda pada paruh kedua.
Ritsu Doan kembali menjadi sorotan karena menyamakan skor saat paruh kedua baru berjalan tiga menit. Tiga menit berselang, Ao Tanaka yang membawa Samurai Biru balik memimpin. Dengan gagah berani dan tak kenal lelah, Jepang menghabiskan sisa laga mempertahankan kemenangannya dengan bertahan rapat dan amat disiplin. Spanyol tak mampu membongkar pertahanan Jepang hingga laga berakhir, meski sempat menghasilkan dua peluang emas pada pengujung waktu. Mereka pun finis sebagai juara Grup E, sesuatu yang tidak pernah dibayangkan pundit sepak bola mana pun selain dari Jepang.
Samurai Biru pun kembali membuat mata pecinta sepak bola pada Senin (5/12/202) malam di Stadion Al Janoub terbelalak. Melawan runner-up Piala Dunia 2018, Jepang unggul lebih dulu lewat Daizen Maeda pada menit ke-43. Namun, Samurai Biru kemudian dijebol gol tandukan berkelas Ivan Perisic pada awal babak kedua. Kali ini, petir tak memakan korban ketiga. Kroasia selamat. Vatreni menaklukkan Jepang 3-1 lewat adu penalti setelah hasil imbang 1-1 pada waktu normal plus perpanjangan waktu.
Jepang pulang kampung lebih cepat dan gagal mencapai target minimal mencapai perempat final. Namun salah satu visi dari Asosiasi Sepak Bola Jepang (JFA) terwujud di sini. Di laman resminya, JFA menuliskan dengan jelas tiga misinya. Salah satunya berbunyi sebagai berikut: Dengan memperkuat basis sepak bola di Jepang, kita akan membentuk tim nasional kelas dunia yang akan bergerak menginspirasi dan menyemangati masyarakat Jepang.
Samurai Biru bukan hanya menginspirasi warganya, melainkan juga seluruh Asia bahkan dunia. Jepang menunjukkan kekurangan di satu aspek bisa ditutupi dengan keunggulan di sisi lain dengan semangat dan kerja keras.
Kisah tim non-unggulan yang membuat kejutan inilah yang menjadikan Piala Dunia menjadi tontonan menarik. Hampir selalu ada kisah-kisah serupa dalam setiap penyelenggaraan Piala Dunia. Kali ini, Jepang jadi salah satu pelakonnya.
Sayangnya, tim-tim non-unggulan ini gagal melanjutkan kejutan menjegal tim yang di atas kertas lebih dijagokan. Sebelum Jepang, Australia yang di luar dugaan menyisihkan Denmark di fase grup harus mengakui ketangguhan Argentina meskipun sempat memberikan perlawanan. Amerika Serikat tak berdaya menghadapi Belanda. Sementara Senegal juga tak berkutik digasak Inggris. Hanya Jepang yang memberikan perlawanan paling hebat. Tim lain asal Asia, Korea Selatan, juga bertekuk lutut menghadapi Brasil.
Kejutan dari tim non-unggulan mungkin tak akan terjadi lagi di Qatar. Namun Piala Dunia 2022 masih tetap menarik disaksikan setelah ingar bingar di luar sepak bola sempat mencuat. Sejarah akan tercipta di negara kaya minyak ini. Terlepas dari berbagai kontroversinya, Qatar pasti akan dikenang dengan Piala Dunianya