REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Dosen Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang Mayani Setyowati menciptakan alat sensor untuk penderita Tuberkolusis (TBC). Alat itu dinamai Sintasis G1.0.
Menurut Mayani, alat ini diciptakan dari keprihatinan terhadap program pengobatan TBC di tingkat Puskesmas hingga Dinas Kesehatan. "Banyak penderita TBC yang berhenti berobat sebelum selesai masa pengobatan selama 6 bulan," katanya, melalui siaran pers.
Alat yang diciptakan lewat pendanaan dari program Kedaireka Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi tersebut didukung pula oleh sejumlah pakar dari berbagai disiplin ilmu. Ia menjelaskan Sintasis G1.0 merupakan alat berbentuk gelang penangkap sinyal biomedis berupa saturasi oksigen dan detak jantung yang dipakaikan ke penderita TBC.
Data analog yang dihasilkan alat tersebut, kata dia, akan dikirim ke peladen komputer yang diteruskan ke telepon pintar atau komputer milik dokter, para medis, atau pengelola program pengobatan TBC.
"Alat tersebut berfungsi untuk memantau langsung kondisi pasien," katanya.
Alat tersebut mulai diujicobakan di wilayah Kabupaten Sukoharjo. Alat ini sudah digunakan untuk memantau penderita TBC dk wilayah Sukoharjo. Ke depan, kata dia, Sintasis G1.0 akan terus dikembangkan dengan dilengkapi alat pengukur suhu tubuh, pelacak posisi penderita, hingga pengukur tingkat stres.