Sabtu 10 Dec 2022 20:58 WIB

Maroko, Afrika, Arab, dan Maghrib

Maroko juga menjadi rebutan Afrika dan Arab.

Penggemar Maroko bersorak di pasar Souq Waqif selama Piala Dunia FIFA 2022 di Doha, Qatar, Sabtu (10/12). Maroko akan menghadapi Portugal dalam pertandingan sepak bola perempat final Piala Dunia FIFA 2022 pada 10 Desember 2022.
Foto: EPA-EFE/MARTIN DIVISEK
Penggemar Maroko bersorak di pasar Souq Waqif selama Piala Dunia FIFA 2022 di Doha, Qatar, Sabtu (10/12). Maroko akan menghadapi Portugal dalam pertandingan sepak bola perempat final Piala Dunia FIFA 2022 pada 10 Desember 2022.

Oleh : Ratna Puspita, Jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Maroko memastikan lolos ke babak 8 besar Piala Dunia 2022. Tidak tanggung-tanggung, Achraf Hakimi dan kawan-kawan menyingkirkan juara dunia 2010, Spanyol, lewat adu penalti 3-0.

Hakimi yang lahir di Madrid dan jebolan Akademi Madrid menjadi penendang terakhir untuk memastikan kemenangan Maroko atas Spanyol yang didominasi pemain-pemain Barcelona. Meski konon sudah berlatih 1.000 tendangan penalti, Spanyol yang punya catatan buruk soal adu penalti tidak bisa menyarangkan satu gol dari titik putih.

Usai menyejajarkan diri dengan tim-tim papan atas dunia seperti juara bertahan Prancis dan juara lima kali Brasil, Maroko juga menjadi rebutan Afrika dan Arab. Maroko merupakan negara Arab yang berada di dunia Afrika.

Unggahan-unggahan di media sosial Twitter menyebut keberhasilan Maroko sebagai keberhasilan Afrika. Maroko adalah negara Afrika pertama yang mencapai perempat final Piala Dunia sejak Ghana pada 2010.

Maroko adalah harapan terakhir Benua Afrika di Piala Dunia 2022. Karena itu, akun-akun yang mengidentifikasi diri mereka sebagai orang Afrika turut bangga dan mendukung Maroko untuk melaju sejauh mungkin di Qatar.

Di sisi lain, ada juga akun-akun yang menyebutkan bahwa Maroko adalah perwakilan dari dunia Arab. Maroko, sebagai tim Arab pertama yang berhasil mencapai perempat final Piala Dunia, adalah harapan dunia Arab.

Komentar tidak setuju pun bermunculan. Sebagian menyebut bahwa Maroko tidak pernah mengidentifikasi diri mereka sebagai orang Afrika. Namun, unggahan lain yang mengklaim sebagai orang Maroko membantahnya dan menyatakan bahwa Maroko adalah bagian dari Afrika.

Selain debat tentang apakah Maroko mewakili Afrika atau Arab, ada juga yang mengidentifikasi Maroko sebagai perwakilan Maghreb atau Maghrib. Maghrib adalah sebutan bagi negara-negara di Afrika Barat Laut meliputi Aljazair, Libya, Mauritania, Maroko, dan Tunisia.

Pemain Aljazair, Ismaël Bennacer, mengucapkan selamat kepada Maroko dan menyatakan bahwa Maghrib bangga kepada Maroko. Ia juga mencantumkan tiga bendera negara Maghrib, yakni Aljazair, Maroko, dan Tunisia.

Sebelum dan setelah laga Maroko melawan Spanyol, media di luar negeri juga menuliskan Maroko sebagai perwakilan Afrika atau perwakilan Arab. Ada pula yang menyebut Maroko menyatukan dunia Arab dan Afrika. Misalnya, ESPN menyebutkan bahwa kemenangan Maroko membuat bangga dunia Arab dan Afrika.

Lalu, bagaimana dengan para pemain Maroko? Sebelum laga melawan Kanada pada penyisihan grup, pelatih Maroko Walid Regragui menyatakan bahwa timnya hadir pada Piala Dunia di Qatar sebagai wakil Afrika.

"Saya di sini bukan untuk menjadi politisi, kami mewakili Maroko dan jelas Maroko dan Maroko adalah prioritas saya. Tapi yang jelas, kami juga orang Afrika seperti Senegal, Ghana, Kamerun, dan Tunisia, jadi kami berharap dapat mengibarkan bendera sepak bola Afrika tinggi-tinggi," kata Regragui.

Sebelum laga melawan Spanyol, Regragui menyebutkan bahwa timnya didukung oleh penduduk Maroko, Afrika, dan Arab. Namun, ia kembali menyebut tentang masa depan Afrika.

Menurutnya, sukses Maroko merupakan langkah awal bagi negara-negara Afrika untuk memenangi Piala Dunia pada masa mendatang. "Afrika belum pernah memenangkan Piala Dunia. Mengapa tidak memberi mereka mimpi ini? Dalam waktu 20 atau 30 tahun mungkin Maroko atau Senegal akan memenangkan Piala Dunia dan kemudian Anda akan melihat ke belakang dan berkata: 'Dia telah mengatakan itu,” kata dia dilansir dari Independent.

Sementara, gelandang Maroko Azzedine Ounahi mengidentifikasi Maroko dengan tiga hal, yakni Afrika, Arab, dan Muslim. Ia mengatakan, keberhasilan Maroko mengalahkan Spanyol merupakan momen spesial untuk Afrika, negara-negara Arab, dan Muslim di seluruh dunia. "Anda mencoba membuat mereka bahagia, mencoba membuat diri kami sendiri bahagia. Saya pikir itu berjalan cukup baik," kata dia seperti dilansir ESPN.

Di sisi lain, pemain sayap Maroko Sofiane Boufal menyatakan bahwa kemenangan mereka milik dunia Arab. Sementara, Hakimi menuliskan  "dima maghrib" atau Maghrib selamanya.

Selain soal debat identitas Maroko, hal lain yang menarik dari skuad asuhan Regragui adalah dominasi imigran. Tujuh dari 11 pemain yang tampil sebagai starter pada laga melawan Spanyol merupakan kelahiran Eropa.

Selain Hakimi yang lahir di Spanyol, ada Noussair Mazraoui, Sofyan Amrabat, dan Hakim Ziyech (Belanda), Sofiane Boufal dan Romain Saïss (Prancis), serta Selim Amallah (Belgia). Sementara, Yassine Bounou yang lahir di Kanada besar di Maroko dan berkarier di Eropa.

Para pemain Maroko sudah terbiasa iklim kompetisi Eropa ini dan tidak canggung untuk berhadapan dengan tim-tim Eropa. Selain itu, ada juga yang mengatakan, status mereka sebagai imigran menambah motivasi untuk mengalahkan tanah kelahiran.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement